Epifani: Mewartakan Terang Kristus di Zaman Kini
Hari ini Minggu 5 Januari 2026 Gereja Katolik merayakan Penampakan Tuhan (Epifani). Perayaan ini mengingatkan kita akan terang Kristus yang datang untuk semua bangsa. Melalui ketiga bacaan hari ini kita diundang untuk merenungkan bagaimana kita dapat menampakkan kasih Tuhan di dunia yang penuh tantangan. Lalu dalam semangat Hari Anak Misioner Sedunia yang juga dirayakan pada hari ini, kita diajak untuk mewujudkan panggilan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Terang yang Menerangi Bangsa-Bangsa
Bacaan pertama dari Yesaya 60:1-6 menggambarkan janji Allah bahwa terang-Nya akan menerangi Yerusalem, menarik bangsa-bangsa untuk datang dan melihat kemuliaan-Nya. Pesan ini meneguhkan bahwa terang Allah tidak terbatas pada satu bangsa atau kelompok tertentu. Kita dipanggil untuk menjadi terang yang sama, menyebarkan harapan dan kasih kepada siapa pun, tanpa memandang perbedaan.
Dalam konteks Hari Anak Misioner Sedunia, kita diajak melihat anak-anak sebagai terang kecil yang membawa kabar sukacita ke sekitarnya. Mereka mengingatkan kita bahwa misi menyebarkan kasih Allah dimulai dari hal-hal sederhana di lingkungan kita.
Rahasia yang Diungkapkan
Bacaan kedua dari Efesus 3:2-3a, 5-6 menegaskan bahwa rencana keselamatan Allah kini telah diungkapkan kepada semua orang melalui Yesus Kristus. Paulus menekankan bahwa Injil bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain, menghapus batas-batas yang memisahkan manusia.
Pesan ini mengajak kita untuk melawan eksklusivitas dan diskriminasi. Penampakan Tuhan berarti menghadirkan kasih yang inklusif, membuka pintu bagi mereka yang terpinggirkan. Dalam semangat misioner, kita diminta untuk berbagi Injil melalui tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai Kristus.
Menyembah dalam Keberagaman
Injil Matius 2:1-12 menceritakan para Majus yang datang dari Timur untuk menyembah Yesus. Kisah ini adalah simbol keuniversalan kasih Allah yang melampaui batas geografis dan budaya. Para Majus menunjukkan iman yang besar, berani meninggalkan kenyamanan demi mencari Sang Raja.
Keberagaman para Majus (Caspar/Gaspar, Melkhior dan Balthasar) mencerminkan realitas dunia kita yang terdiri atas berbagai latar belakang budaya, agama, dan bahasa. Namun, keberagaman ini bukanlah penghalang untuk bersatu dalam tujuan mulia: menyembah dan mengakui kehadiran Allah dalam hidup. Hal ini menegaskan bahwa penyembahan sejati tidak bergantung pada kesamaan, tetapi pada kesediaan untuk mengutamakan Allah di atas segalanya.
Dalam konteks modern, menyembah dalam keberagaman berarti menciptakan ruang dialog antaragama dan budaya, di mana setiap orang dapat merasakan kasih Allah melalui kehadiran kita. Misalnya, kita bisa mempromosikan toleransi dengan mendukung kegiatan lintas agama yang memupuk rasa saling menghormati. Penyembahan ini menjadi lebih bermakna saat kita menghormati perbedaan sambil merayakan persamaan sebagai ciptaan Allah.