Peci Asal Manggarai dan Salah Paham Jumat Siang
Di sebuah sekolah, Pak Roni, guru baru asal Manggarai, terkenal dengan kebiasaannya memakai peci hitam kemanapun ia pergi. Bukan karena ia seorang Muslim, tapi katanya, "Peci ini warisan budaya leluhur. Rasanya kepala jadi gagah kalau pakai!"
Siang itu, seperti biasa, Pak Roni duduk di ruang guru sambil menyeruput kopi. Suasana agak lengang karena banyak guru laki-laki bersiap ke mushola untuk sholat Jumat. Melihat Pak Roni dengan pecinya, Pak Hasan, guru senior, mendekatinya.
"Pak Roni, ayo ikut Jumatan di mushola!" ajak Pak Hasan sambil tersenyum lebar.
Pak Roni menatap Pak Hasan dengan bingung. "Saya? Jumatan? Saya kan Katolik, Pak."
Pak Hasan terkejut. "Lho, saya kira Pak Roni Muslim. Kan selalu pakai peci!"
Ucapan itu membuat beberapa guru yang mendengar tak tahan tertawa. Pak Budi, guru matematika, sampai terbatuk-batuk.
Pak Roni pun ikut tertawa. "Wah, kalau begitu, peci ini sukses bikin saya kelihatan lintas agama, ya!"
Pak Hasan juga tergelak. "Pak Roni, kalau besok saya pakai kalung salib, jangan-jangan saya dikira Katolik juga!"
Sejak itu, setiap Jumat, Pak Roni selalu mengingatkan, "Pak Hasan, Jumatan ya, jangan lupa doakan saya biar lancar mengajar!" Suasana di ruang guru jadi lebih hangat setiap Jumat tiba.