Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menenun Sukacita, Iman dan Harapan

1 Januari 2025   09:39 Diperbarui: 1 Januari 2025   20:40 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Maria Bunda Allah, Tahun Baru, dan Perdamaian Dunia: Menenun Sukacita, Iman, dan Harapan

Pada 1 Januari, dunia menyambut Tahun Baru dengan semangat baru, Gereja Katolik merayakan Maria Bunda Allah, dan komunitas global mengangkat tema Hari Perdamaian Dunia. 

Ketiga perayaan ini bukanlah kebetulan, melainkan rangkaian harmoni yang mengingatkan kita akan pentingnya iman, sukacita, dan komitmen untuk menciptakan dunia yang lebih baik. 

Maria, ibu umat beriman, menjadi simbol kepercayaan pada Allah yang menghadirkan rahmat-Nya melalui pilihan yang mengubah sejarah umat manusia.

Maria Bunda Allah: Puncak Rahmat dan Sukacita Iman

Maria, yang kita rayakan sebagai Bunda Allah pada hari ini, adalah lambang dari iman yang total kepada kehendak Allah. Gelar "Bunda Allah" (Theotokos) menegaskan perannya sebagai ibu dari Yesus Kristus, yang adalah Allah dan manusia sejati. 

Pilihan Allah atas Maria bukan hanya karena ketaatannya, tetapi juga sebagai pernyataan kasih Allah kepada umat manusia.

Maria bersukacita bukan hanya karena ia dipilih, tetapi juga karena ia menyadari rahmat besar yang bekerja melalui dirinya. 

Ia mengajarkan umat beriman untuk bersyukur atas setiap anugerah Allah, sekecil apa pun itu, dan untuk hidup dalam pengharapan meskipun menghadapi tantangan besar. 

Dalam Magnificat, ia menyatakan, "Jiwaku memuliakan Tuhan," yang menjadi undangan bagi kita semua untuk melihat kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Tahun Baru: Waktu untuk Memperbaharui Diri

Tahun Baru selalu identik dengan awal yang segar, resolusi, dan harapan baru. Namun, sering kali kita terjebak dalam ritual tanpa makna, hanya membuat janji-janji yang cepat terlupakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun