Pergi ke Bethlehem: Menemukan Damai dan Harapan di Tengah Kesederhanaan dan Keberagaman
Pergi ke Bethlehem dengan Iman (Misa NATAL FAJAR)
Bacaan I: Yesaya 62:11-12
Mazmur: Hari ini cahaya turun atas kita, sebab Tuhan lahir bagi kita
Bacaan II: Titus 3:4-7
Bacaan Injil: Lukas 2:15-20
Bayangkan malam yang sunyi, hanya diterangi bintang-bintang di langit. Dalam suasana itu, kabar luar biasa terdengar: Sang Juruselamat telah lahir! Tetapi yang paling mengejutkan, berita ini pertama kali diberikan kepada para gembala: bukan kepada raja atau pemuka agama. Tuhan memilih untuk menyapa mereka yang dianggap rendah dan sederhana. Apa makna dari pilihan ini bagi kita hari ini?
Kabar Sukacita bagi Orang Sederhana
Dalam kesunyian malam, para gembala menerima kabar sukacita dari malaikat Tuhan. Mereka diajak untuk pergi ke Bethlehem, tempat kelahiran Sang Juruselamat. Kunjungan para gembala ini mengingatkan kita bahwa Allah memilih untuk menyatakan diri-Nya kepada orang-orang sederhana, yang hatinya terbuka untuk mendengar kabar gembira.
Para gembala, yang sering dianggap sebagai kelompok marjinal pada zaman itu, menunjukkan bahwa kasih Allah tidak terbatas pada kelompok tertentu. Ini menjadi pengingat bagi kita bahwa setiap orang, tanpa memandang status sosial, dipanggil untuk mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya.
Kita, Anda dan saya pun demikian. Kita dipanggil sebagai gembala yang terbuka hati sepenuhnya kepada penyelenggaraan Ilahi, yang menggerakkan hati kita untuk bergegas membawa kabar sukacita kepada sesama.
Keselamatan dari Kasih Karunia Allah
Dalam Yesaya 62:11-12, umat Israel diingatkan bahwa keselamatan telah datang, dan mereka disebut sebagai "umat yang ditebus." Ini adalah penggenapan janji Allah kepada umat-Nya, dan kelahiran Yesus adalah bukti kasih Allah yang nyata bagi dunia. Sedangkan dalam surat Titus 3:4-7, kita melihat bahwa keselamatan tidak diberikan berdasarkan perbuatan baik kita, tetapi melalui kasih karunia Allah yang menyelamatkan.
Kelahiran Yesus menunjukkan betapa besar kasih Allah yang melampaui dosa-dosa manusia. Kasih karunia ini mengajak kita untuk tidak hanya bersyukur tetapi juga membagikan kabar baik ini kepada sesama, membawa terang kasih Allah ke dalam kehidupan orang lain.
Tindakan Iman dari Para Gembala
Para gembala memberikan teladan penting: mereka tidak hanya mendengar, tetapi segera bertindak. Dengan iman, mereka meninggalkan kenyamanan dan pekerjaan mereka untuk pergi menemui Yesus. Langkah mereka mengajarkan kita bahwa perayaan Natal sejati adalah tentang "pergi" menuju Yesus, bukan hanya secara fisik tetapi juga dengan hati yang penuh iman.
Tindakan ini mengajarkan bahwa iman memerlukan keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman. Para gembala tidak ragu untuk mengikuti panggilan Allah, meski mungkin ada risiko. Begitu pula, kita diajak untuk menjawab panggilan Allah dengan keberanian dan keyakinan.
Sebagai refleski bagi kita, zona nyaman manakah yang patut kita tinggalkan agar kita bisa dengan lapang hati bergegas menemui Yesus di sekitar kita?