Saya merasa tidak masalah dengan kata-kata anak itu, karena memang kenyataannya saya belum lancar bicara Bahasa Malagasy. Tetapi justru kata-kata anak itu membuat saya semakin bersemangat belajar dua Bahasa sekeligus (Prancis dan Malagasy). Dan di akhir bulan ketiga, saya justru lebih fasih bicara Bahasa Malagasy (yang setelah 26 tahun berlalu) saya masih lancar Bahasa Malagasy hingga hari ini. Sedangkan Prancis malah mulai lupa karena jarang digunakan selain untuk membaca.
Kata-kata si anak (yang kemudian menjadi teman belajar saya) memecut saya untuk lebih giat belajar. Kata-kata ejekan seorang anak tidak pernah murni sebagai ejekan, karena mereka tidak pernah tulus mengejek.
Mereka hanya mengungkapkan rasa bingung yang dihadapi: "kok bisa ada orang dewasa belum lancar bicara", kira-kira begitu cara menafsirkan kata-kata si anak itu.
Mendengarkan dengan Cermat
Selain menjadi sadar akan kata-kata kita sendiri, penting juga untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh orang lain. Setiap interaksi yang kita jalani membawa energi yang berbeda dan dapat mempengaruhi suasana hati dan pikiran kita.
Ketika kita benar-benar mendengarkan -tanpa menginterupsi atau terburu-buru menjawab- kita menunjukkan rasa hormat dan keterbukaan terhadap pemikiran dan perasaan orang lain.
Mendengarkan kata-kata orang lain dengan penuh perhatian juga dapat memberikan wawasan berharga dan memperkaya pemahaman kita tentang dunia. Kata-kata yang diungkapkan dengan tulus bisa menjadi sumber inspirasi atau dorongan ketika kita membutuhkannya.
Dalam setiap percakapan, terdapat peluang untuk belajar, tumbuh, dan menemukan perspektif baru yang membantu kita menemukan jalan menuju tujuan kita.
Kata-kata sebagai Manifes
Sesuai dengan konsep bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk memanifestasikan, kita harus ingat bahwa tiap pernyataan mengandung potensi. Ketika kita mengulangi afirmasi positif dan menyebarkan pesan-pesan baik, kita memprogram diri kita dan dunia sekitar dengan energy positif yang akhirnya menarik lebih banyak hal baik.
Ini bukan tentang sekadar berbicara tanpa makna, melainkan tentang berkomitmen untuk membangun hidup dengan kata-kata yang kita ucapkan.
Misalnya, saat Anda berbicara tentang masa depan, gunakan bahasa yang sejalan dengan keinginan dan impian Anda. Alih-alih mengatakan, "Saya berharap bisa sukses," katakanlah, "Saya sedang dalam perjalanan menuju kesuksesan." Dengan demikian, kita menciptakan sikap positif yang dapat diubah menjadi kenyataan.