Antara Produktivitas dan Risiko Jadi "Generasi Jompo"
Setiap hari, ribuan pekerja dan mahasiswa di kota-kota besar menghabiskan waktu berjam-jam di jalan. Mereka menempuh perjalanan dari kota satelit seperti Depok, Tangerang, Bekasi, atau Bogor menuju pusat kota Jakarta, tempat kampus atau kantor berada.
Fenomena ini bukan hal baru, namun semakin menjadi perhatian ketika dampaknya mulai terasa pada kesehatan fisik, mental, dan produktivitas. Beberapa bahkan bercanda menyebut diri mereka sebagai "generasi jompo" yang lelah sebelum waktunya.
Jarak yang Menguras Tenaga dan Waktu
Bagi mereka yang tinggal di kota satelit, perjalanan bisa memakan waktu 2 hingga 4 jam sehari, terutama saat menghadapi macet atau menunggu moda transportasi umum.
Meskipun infrastruktur seperti KRL dan Transjakarta telah membantu, sering kali jumlah pengguna yang berlebihan membuat kenyamanan menjadi hal yang langka. Akibatnya, perjalanan panjang ini tidak hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga memengaruhi keseimbangan mental.
Menurut sebuah studi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Transportasi, rata-rata pekerja di Jabodetabek menghabiskan 3-4 jam sehari untuk perjalanan. Waktu yang hilang ini seharusnya dapat digunakan untuk istirahat, berolahraga, atau bersantai bersama keluarga.
Sayangnya, kebiasaan ini justru berkontribusi pada apa yang oleh banyak orang disebut sebagai "burnout perjalanan."
Ketika Lelah Membawa Dampak Jangka Panjang
Lelah akibat perjalanan panjang tidak hanya berakhir di rasa kantuk atau pegal-pegal. Banyak yang melaporkan penurunan produktivitas di tempat kerja atau kampus, bahkan gangguan konsentrasi.