Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kopi, Hujan Desember, dan Natal (1)

16 Desember 2024   22:10 Diperbarui: 16 Desember 2024   22:10 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Kopi, Hujan Desember, dan Natal (1)

Hujan turun lembut, meresapi bumi,
Desember bernyanyi, syahdu tak henti,
Di tangan, secangkir kopi tanpa gula,
Hangat menyapa, mengundang sukacita.

Rintik menari, melodi musim dingin,
Membawa aroma Natal yang semakin yakin,
Tak perlu mewah, cukup keaslian rasa,
Seperti hati yang memeluk damai-Nya.

Di setiap tetes hujan, janji hadir,
Natal mendekat, membalut rindu yang getir,
Kopi ini, teman setia di sudut senja,
Menghangatkan jiwa dalam gaudete sempurna.

Melalui puisi tiga bait berjudul "Kopi, Hujan Desember, dan Natal" di atas saya berusaha membawa pembaca pada perenungan mendalam tentang sukacita, harapan, dan kehangatan yang mengiringi persiapan menyambut Natal. Dalam bait pertama, hujan yang turun lembut di bulan Desember menjadi simbol kesuburan dan pembaruan.

Meski langit berawan dan dingin menusuk, ada secangkir kopi tanpa gula yang menawarkan kehangatan dan kesederhanaan. Ini mencerminkan bahwa sukacita Natal tidak berasal dari hal-hal mewah, melainkan dari kesederhanaan yang tulus dan autentik, seperti kopi yang menyapa dengan aroma aslinya. Natal mengingatkan kita untuk menikmati keindahan dalam hal-hal kecil yang sering terabaikan.

Bait kedua menggambarkan rintik hujan sebagai melodi musim dingin yang mengiringi perjalanan menuju Natal. Hujan, yang sering dianggap melankolis, justru diubah menjadi simbol harapan.

Aroma Natal yang terasa semakin dekat menunjukkan bahwa dalam perjalanan penuh rintangan sekalipun, ada keyakinan akan sesuatu yang indah di ujungnya.

Pesan ini mengajak kita untuk memandang kehidupan dengan optimisme, menemukan pengharapan bahkan di tengah badai kehidupan. Seperti kopi tanpa gula yang tetap lezat karena keasliannya, harapan sejati sering kali ditemukan dalam kejujuran dan penerimaan.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun