Kotak Kosong dan Kepala Kosong saling menatap. Ini bukan sekadar debat lagi; ini adalah pertaruhan hidup dan mati.
"Ujian apa?" tanya Kepala Kosong dengan nada berani, meskipun matanya tampak goyah.
"Kalian akan menunjukkan siapa yang lebih mampu memengaruhi manusia. Aku akan membawa seorang politisi dari desa ini. Kalian harus membuktikan siapa yang dapat mengubah hidupnya. Jika ia berubah menjadi lebih baik, maka itulah pemenangnya. Tapi jika ia menjadi lebih buruk, maka kalian berdua akan dihancurkan."
Dalam sekejap, sosok bayangan itu menghilang, meninggalkan suasana yang lebih mencekam. Tak lama kemudian, seorang pria muncul dari kegelapan. Wajahnya dikenal oleh setiap warga desa: Pak Surya, seorang politisi lokal yang baru saja terpilih dengan janji-janji manis yang belum pernah ia tepati. Ia terlihat bingung, matanya melirik ke sekeliling, mencari asal suara yang membawanya ke tempat itu.
Kotak Kosong mengambil langkah pertama. Ia melayang mendekati Pak Surya, membuka dirinya perlahan. "Lihat aku, Pak Surya," bisiknya penuh tipu daya. "Aku kosong, seperti janji-janjimu. Tapi aku bisa membantumu menjadi seseorang yang jujur. Tinggalkan ambisimu, lepaskan kekayaan yang kau kumpulkan dari rakyat." Kotak itu berputar-putar, menghipnotis Pak Surya.
Namun, sebelum Pak Surya bisa memberikan reaksi, Kepala Kosong datang mendekat. "Jangan dengarkan dia!" serunya, suaranya menggetarkan akar beringin. "Aku punya otak, Pak Surya. Aku tahu bagaimana cara membuatmu bertahan di dunia politik. Gunakan aku untuk merancang strategi agar kau tetap berkuasa, bahkan jika itu berarti mengorbankan rakyatmu."
Pak Surya tampak bingung. Ia berdiri di tengah, matanya bergantian menatap Kotak Kosong dan Kepala Kosong. Dalam sekejap, ia mengulurkan tangannya, menyentuh Kotak Kosong. Tapi kemudian, ia menoleh ke Kepala Kosong dan mulai tertawa. "Kenapa harus memilih? Aku bisa menggunakan kalian berdua!"
Pohon beringin tiba-tiba bergemuruh, akarnya melilit tubuh Pak Surya, menariknya ke dalam tanah. Sosok bayangan tadi muncul kembali, kali ini dengan senyum sinis. "Kalian berdua gagal," katanya kepada Kotak Kosong dan Kepala Kosong. "Manusia itu tidak berubah. Ia tetap serakah, tetap egois. Kalian sama tak bergunanya."
Dalam sekejap, Kotak Kosong dan Kepala Kosong meledak menjadi debu, hilang dari dunia ini. Desa Kepuh kembali sunyi, tetapi pohon beringin tua itu tetap berdiri, menjadi saksi bisu atas kegagalan manusia memahami apa yang benar-benar penting.
Sejak malam itu, tidak ada lagi cerita tentang Kotak Kosong dan Kepala Kosong. Tapi pohon beringin tua itu terus hidup, akarnya menjuntai lebih dalam, seolah menunggu makhluk lain untuk mencoba keberuntungannya. Desa Kepuh tahu, siapa pun yang bermain-main dengan pohon itu, tak akan pernah keluar dengan jiwa yang utuh.