Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Horor

[Horor Filsafat]: Di Bawah Beringin Beranak

30 November 2024   21:00 Diperbarui: 30 November 2024   18:39 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(perang antara kotak kosong dan kepala kosong, olahan gemAIBot, dokpri)

Kotak Kosong dan Kepala Kosong saling menatap. Ini bukan sekadar debat lagi; ini adalah pertaruhan hidup dan mati.

"Ujian apa?" tanya Kepala Kosong dengan nada berani, meskipun matanya tampak goyah.

"Kalian akan menunjukkan siapa yang lebih mampu memengaruhi manusia. Aku akan membawa seorang politisi dari desa ini. Kalian harus membuktikan siapa yang dapat mengubah hidupnya. Jika ia berubah menjadi lebih baik, maka itulah pemenangnya. Tapi jika ia menjadi lebih buruk, maka kalian berdua akan dihancurkan."

Dalam sekejap, sosok bayangan itu menghilang, meninggalkan suasana yang lebih mencekam. Tak lama kemudian, seorang pria muncul dari kegelapan. Wajahnya dikenal oleh setiap warga desa: Pak Surya, seorang politisi lokal yang baru saja terpilih dengan janji-janji manis yang belum pernah ia tepati. Ia terlihat bingung, matanya melirik ke sekeliling, mencari asal suara yang membawanya ke tempat itu.

(beringin tua yang magis dengan kotak dan kepala kosong di bawahnya, olahan GemAIBot, dokpri)
(beringin tua yang magis dengan kotak dan kepala kosong di bawahnya, olahan GemAIBot, dokpri)

Kotak Kosong mengambil langkah pertama. Ia melayang mendekati Pak Surya, membuka dirinya perlahan. "Lihat aku, Pak Surya," bisiknya penuh tipu daya. "Aku kosong, seperti janji-janjimu. Tapi aku bisa membantumu menjadi seseorang yang jujur. Tinggalkan ambisimu, lepaskan kekayaan yang kau kumpulkan dari rakyat." Kotak itu berputar-putar, menghipnotis Pak Surya.

Namun, sebelum Pak Surya bisa memberikan reaksi, Kepala Kosong datang mendekat. "Jangan dengarkan dia!" serunya, suaranya menggetarkan akar beringin. "Aku punya otak, Pak Surya. Aku tahu bagaimana cara membuatmu bertahan di dunia politik. Gunakan aku untuk merancang strategi agar kau tetap berkuasa, bahkan jika itu berarti mengorbankan rakyatmu."

Pak Surya tampak bingung. Ia berdiri di tengah, matanya bergantian menatap Kotak Kosong dan Kepala Kosong. Dalam sekejap, ia mengulurkan tangannya, menyentuh Kotak Kosong. Tapi kemudian, ia menoleh ke Kepala Kosong dan mulai tertawa. "Kenapa harus memilih? Aku bisa menggunakan kalian berdua!"

Pohon beringin tiba-tiba bergemuruh, akarnya melilit tubuh Pak Surya, menariknya ke dalam tanah. Sosok bayangan tadi muncul kembali, kali ini dengan senyum sinis. "Kalian berdua gagal," katanya kepada Kotak Kosong dan Kepala Kosong. "Manusia itu tidak berubah. Ia tetap serakah, tetap egois. Kalian sama tak bergunanya."

Dalam sekejap, Kotak Kosong dan Kepala Kosong meledak menjadi debu, hilang dari dunia ini. Desa Kepuh kembali sunyi, tetapi pohon beringin tua itu tetap berdiri, menjadi saksi bisu atas kegagalan manusia memahami apa yang benar-benar penting.

Sejak malam itu, tidak ada lagi cerita tentang Kotak Kosong dan Kepala Kosong. Tapi pohon beringin tua itu terus hidup, akarnya menjuntai lebih dalam, seolah menunggu makhluk lain untuk mencoba keberuntungannya. Desa Kepuh tahu, siapa pun yang bermain-main dengan pohon itu, tak akan pernah keluar dengan jiwa yang utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun