Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi dan Hujan 28 November

28 November 2024   12:00 Diperbarui: 28 November 2024   12:03 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi dan Hujan 28 November

1

Di bawah rindang hujan November,
Kopi hitam tersenyum di tangan sang pemenang,
Hitungan cepat menari di layar kaca,
Sorak dan doa bergema, memeluk harapan baru.

Namun di sudut lain, hujan terasa lebih deras,
Cangkir kopi menjadi saksi tangis diam-diam,
Hitungan itu seperti duri di jalan,
Mengoyak angan, menggurat duka dalam sunyi.

Kegembiraan dan kesedihan menari bersama,
Bagai hujan yang membawa basah dan pelangi,
Semua tergantung cara menatap,
Di balik tiap tetes, ada cerita berbeda.

***

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

2)

Di tengah hujan, secangkir kopi hangat,
Sorak gembira menggema di antara riuh suara,
Paduan senyum para pendukung, harapan bersaut,
Pascalon unggul terpilih, angin segar menyapa.

Namun di sudut lain, hasrat mulai pudar,
Suara rendah paslon yang tak terduga,
Dalam getar air mata, kesedihan meluncur,
Kemenangan tak selalu milik mereka yang bersuara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun