Kopi dan Hujan 28 November
1
Di bawah rindang hujan November,
Kopi hitam tersenyum di tangan sang pemenang,
Hitungan cepat menari di layar kaca,
Sorak dan doa bergema, memeluk harapan baru.
Namun di sudut lain, hujan terasa lebih deras,
Cangkir kopi menjadi saksi tangis diam-diam,
Hitungan itu seperti duri di jalan,
Mengoyak angan, menggurat duka dalam sunyi.
Kegembiraan dan kesedihan menari bersama,
Bagai hujan yang membawa basah dan pelangi,
Semua tergantung cara menatap,
Di balik tiap tetes, ada cerita berbeda.
***
2)
Di tengah hujan, secangkir kopi hangat,
Sorak gembira menggema di antara riuh suara,
Paduan senyum para pendukung, harapan bersaut,
Pascalon unggul terpilih, angin segar menyapa.
Namun di sudut lain, hasrat mulai pudar,
Suara rendah paslon yang tak terduga,
Dalam getar air mata, kesedihan meluncur,
Kemenangan tak selalu milik mereka yang bersuara.
Kopi dan hujan, ceria dan duka bertaut,
Dalam setiap seduh, tersimpan makna berlapis,
Kegembiraan dan kesedihan berpadu, saling mengikat,
Bergantung sudut pandang, kita merajut hidup yang tak pernah tuntas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H