Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Pilkada Serentak 2024: Lingkaran Setan dalam Dunia Politik dan Judi Online

24 November 2024   10:43 Diperbarui: 24 November 2024   10:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi tentang memerangi judi onlie (dalam politik uang pilkada), olahan GemAIBot, dokpri)

Pilkada Serentak 2024: Lingkaran Setan dalam Dunia Politik dan Judi Online

Sebuah Candaan Ringan Mengena

Kadang, mengikuti Pilkada itu seperti main judi di kasino yang dikelola oleh badut: semua orang terlihat meriah, tapi kita tetap bertanya-tanya di mana suara kita yang hilang. Di satu sisi, ada calon yang janjinya melebihi takaran gula di dalam teh manis, sementara di sisi lain, kita sebagai pemilih hanya bisa berharap tidak terjebak dalam pertaruhan---atau lebih buruk, jadi tumbal dalam permainan yang lebih besar. 

Jadi, siapkan popcorn, karena dalam beberapa bulan ke depan, kita akan disuguhkan drama politik yang tak kalah seru dari sinetron, lengkap dengan adegan 'pesta kampanye' yang diakhiri dengan kita yang termenung dan berkata, "Ya Tuhan, kenapa saya harus pilih yang ini lagi?"

 

Antara Pilkada dan Judi: Dua Hal yang Tak Terpisahkan?

Pilkada Serentak pada 27 November 2024 akan melibatkan 545 daerah---bukan hanya memilih pemimpin, tetapi juga mempertaruhkan nasib masyarakat. Layaknya judi online yang masif, di mana taruhan dikumpulkan dengan harapan keuntungan yang tinggi, Pilkada sering kali menjadi arena pertaruhan lain: suara rakyat.

Nah, bicara soal angka 545 ini, siapa yang tidak teringat pada zaman SDSB (Sistem Darurat Sewa Bantuan yang kepanjangan aslinya adalah Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah haha) ketika angka-angka togel menjadi mata air harapan? Angka 545 seolah jadi jaminan, seakan-akan bisa jadi nomor jitu untuk meraih kekayaan mendadak! Siapa tahu, di balik perjuangan memilih pemimpin, ada pula yang sibuk mencari sepaket angka hoki yang bisa mengubah nasib. Tentu saja, seperti dalam judi, hasilnya bisa sama-sama bikin euforia atau malah baper, kan?

545 Daerah, 545 Peluang (atau Pembangkit Uang?)

Dengan 415 kabupaten dan 93 kota yang 'bertarung', kita tak bisa mengabaikan potensi pengeluaran yang menggunung. Berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan para calon untuk mendapatkan suara? Biaya kampanye bisa jadi lebih besar dari gaji mereka saat menjabat. Dalam konteks ini, serangan fajar yang terkenal seolah menjadi kuda hitam dalam permainan ini. Seakan-akan, hak suara bisa dibeli dengan uang.

Bayangkan saja, para calon seolah berkompetisi dalam sebuah reality show berjudul "Who Wants to Be a Kepala Daerah?" dengan bonus: hadiahnya bukan mobil atau liburan ke Bali, melainkan suara rakyat! Mungkin sambil berdoa agar "Cash is King", mereka membawa tas besar, menyiapkan amplop, dan bahkan kado spesial, berharap suara mereka tak ditawarkan dengan diskon, seperti belanja di bazaar. Eh, siapa tahu, ada yang memutuskan untuk membuat paket diskon: "Beli tiga suara, gratis satu!" Lucu, tapi mengerikan, kan?

(meme wani piro yang legendaris hehe, olahan GemAIBot, dokpri)
(meme wani piro yang legendaris hehe, olahan GemAIBot, dokpri)

"Wani Piro?" --- Meme yang Menggugah Kesadaran

Tak heran bila pertanyaan "Wani piro?" atau "Berani berapa?" menjadi viral menjelang Pilkada. Ini bukan hanya lelucon, melainkan sebuah sindiran tajam terhadap praktik yang sering terjadi. Banyak orang menanyakan berapa nilai suara mereka, seolah suara demokrasi bisa diperdagangkan seperti lotere.

Begitu viralnya, sampai-sampai ada yang berpikir untuk membuat aplikasi daring bernama "SuaraStock", di mana setiap suara bisa "dijual beli"! Bayangkan, ada grafik yang menunjukkan fluktuasi nilai suara: "Wani piro?" hari ini bisa jadi "Berani seribu!" besok, tergantung tren. Sambil asyik cek harga suara, mereka bahkan bisa mikir, "Nah, setelah dapat harga tinggi, bisa deh nyari tahu, siapa calon yang bisa 'beli' stok suara terbesar!" Ini benar-benar pasar suara, di mana tawar-menawar bisa bikin GOT (Gaji Oplosan Terbesar) di kalangan calon!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun