Ketika Pernikahan Menjadi JebakanÂ
Pernikahan adalah momen paling indah dalam hidup, ketika dua hati bertemu dan bersatu. Namun, siapa sangka di balik balutan kebahagiaan tersebut, ada utang menanti dengan senyuman licik, menunggu kedua pasangan terpojok di tikungan keributan dua keluarga. Ada pasangan yang baru menikah, memilih terjun ke lautan utang yang dalam. Begitu terjerumus, mereka pun berhadapan dengan satu pertanyaan: "Siapa yang akan membayar tagihan?"
Serba Salah di Hari Bahagia
Budi dan Sari, nama pasangan muda itu. Mereka jatuh cinta seperti film romansa yang diakhiri dengan pelukan hangat. Namun, ketika tiba saatnya untuk menikah, mereka mulai bingung. Mereka beruntung dalam hal cinta, namun kurang beruntung dalam hal finansial. Setelah melihat harga pernikahan yang melonjak seperti roket, mereka pun memutuskan untuk berutang.
Dengan janji untuk 'mencintai dalam suka dan duka', mereka melangsungkan pernikahan yang megah dan meriah. Semua orang terkagum melihat kemewahan pernikahan mereka. Namun, saat pesta selesai dan para tamu pulang, Budi dan Sari terbangun di tengah tumpukan tagihan yang menggunung. Ditambah lagi, kemarahan keluarga yang sibuk menyalahkan satu sama lain.
Drama Keluarga yang Menghibur
"Kamu yang harus bayar ini, kan dari keluargamu yang minta mas kawin mewah!" teriak Sari, mengisyaratkan seragam pengantinnya yang kini menjadi simbol kesakitan.
"Apa? Kamu yang memilih tema pernikahan 'Hollywood'!" balas Budi dengan nada penuh frustrasi, sambil menunjuk foto-foto pernikahan yang kini terasa lebih seperti dokumen utang daripada kenangan manis.
Keluarga pun ikut masuk dalam drama. Keluarga Budi datang berbondong-bondong, meminta keluarga Sari untuk bertanggung jawab setelah tahu betapa mahalnya sewa gedung. Sebaliknya, keluarga Sari mengeluh tentang semua biaya dekorasi yang "kece dan harus" menurut Sari.
Tekanan Sosial dari Tetangga
Setiap hari, keributan dan pertengkaran di rumah Budi dan Sari bisa terdengar dari luar. Tetangga-tetangga mulai berbisik, "Apa yang terjadi dengan pasangan itu? Dulu mereka terlihat bahagia, sekarang terus berdebat!"
Satu tetangga tua, Eyang Reni, yang dikenal selalu memantau drama seputar rumah tangga warga, berkata, "Anak-anak muda ini tidak tahu cara mengelola keuangan! Coba lihat, pernikahan megah, tapi hidupnya malah terjerat utang!"
Dengan hidungnya yang tak pernah absen di pagar, Nyonya Reni kerap merekam setiap pertengkaran mereka, seolah-olah itu adalah reality show yang layak ditonton semua orang. Budi dan Sari tak hanya berperang melawan utang, tetapi juga melawan opini publik.