A.A. Navis, atau Abdurrahman Anwar Navis, adalah salah satu sosok penting dalam dunia sastra dan kebudayaan Indonesia, khususnya dalam konteks Minangkabau. Lahir pada 17 November 1924 di Padang Panjang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan hari kelahiran A.A. Navis, 17 November ini sebagai perayaan sastra internasional 2024. Navis dikenal sebagai penulis, sastrawan, dan pemikir yang membawa perspektif kritis terhadap berbagai masalah sosial, budaya, dan politik di Indonesia. Dengan kedalaman pemikirannya, Navis berhasil menggugah kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai kebudayaan dan identitas bangsa, menjadikannya sosok yang berpengaruh tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di kancah nasional dan internasional.
[Mengapa UNESCO menetapkan 17 November sebagai perayaan sastra internasional 2024?Â
1. Warisan Sastra yang Signifikan . A.A. Navis adalah salah satu sastrawan terkemuka Indonesia yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan kesusastraan nasional. Karya-karyanya, terutama "Robohnya Surau Kami," tidak hanya kaya akan tema dan narasi, tetapi juga memungkinkan pembaca untuk memahami dan merenungkan nilai-nilai kebudayaan dan sosial dari perspektif lokal, terutama dalam konteks masyarakat Minangkabau.Â
2. Pendekatan Kritis dan Inovatif. Navis dikenal karena pendekatan kritisnya terhadap isu-isu sosial, politik, dan budaya. Ia berani mengangkat topik-topik yang seringkali tabu atau sensitif, menjadikannya sebagai suara yang relevan dalam pertarungan nilai tradisional dan modernitas. Melalui karyanya, Navis mendorong masyarakat untuk berpikir kritis dan mempertanyakan norma-norma yang ada, yang sangat penting dalam konteks global saat ini.Â
3. Penghargaan terhadap Kebudayaan Lokal. Dengan merayakan A.A. Navis, UNESCO memberi penghargaan terhadap pentingnya kebudayaan lokal dalam menghadapi globalisasi yang kian mendalam. Navis berhasil menunjukkan bahwa kebudayaan lokal tidak hanya memiliki nilai bagi masyarakat setempat, tetapi juga dapat memberikan wawasan yang berharga bagi dunia internasional. Ini sejalan dengan misi UNESCO untuk melestarikan dan mempromosikan keragaman budaya.Â
4. Inspirasi bagi Generasi Mendatang. Menetapkan hari kelahiran A.A. Navis sebagai perayaan sastra internasional juga berarti memberikan inspirasi kepada generasi sastrawan dan penulis masa depan. Melalui penghormatan ini, diharapkan banyak orang yang terinspirasi untuk mengangkat tema-tema lokal dan nilai-nilai tradisional dalam karya-karya mereka, serta meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia sastra.Â
Dan 5. Peningkatan Kesadaran Global. Perayaan ini tentunya akan meningkatkan kesadaran global tentang karya-karya A.A. Navis dan menjadikannya lebih dikenal di berbagai belahan dunia. Ini adalah kesempatan untuk menjembatani dialog antara budaya yang berbeda, serta menggali lebih dalam pemikiran Navis yang dapat diadaptasi dan diterapkan dalam konteks yang lebih luas.]
Karya Kreatif dan Kritis
Dikenal sebagai seorang penulis yang produktif, A.A. Navis menghasilkan banyak karya sastra yang meliputi cerpen, novel, dan esai. Salah satu karyanya yang paling terkenal dan dianggap klasik adalah "Robohnya Surau Kami."
Dalam novel ini, Navis menggambarkan berbagai konflik sosial dan budaya yang dihadapi masyarakat Minangkabau.
Melalui narasi yang kuat dan mendalam, ia menyoroti masalah-masalah seperti pergeseran nilai, kepercayaan, serta tantangan yang dihadapi dalam menjaga tradisi di tengah arus modernitas.
Dari karyanya, Navis berupaya melawan stereotip yang sering melekat pada kebudayaan Minangkabau dengan menekankan pentingnya memahami nilai-nilai tradisional, seperti adab, tanggung jawab, dan kepatuhan terhadap norma-norma sosial.
Ia tidak hanya menggugah kesadaran pembaca mengenai kekayaan dan kompleksitas budaya lokal, tetapi juga mendorong mereka untuk merenungkan dan mempertanyakan tradisi yang ada, menantang mereka untuk melihat lebih dalam ke dalam warisan budaya yang telah mereka miliki.Â
"Robohnya Surau Kami" bukan sekadar karya sastra, tetapi juga kritik sosial yang relevan, menggambarkan relasi antara iman, kebudayaan, dan identitas dalam masyarakat yang terus berubah.
Tidak jarang, tulisan-tulisan A.A. Navis mengundang kontroversi.Kekritisannya sering kali berseberangan dengan pandangan mainstream, sehingga beberapa karyanya pernah diminta untuk ditarik dari pemuatan, mencerminkan potensi pemikiran yang dianggap "berbahaya" oleh beberapa pihak.
Namun, justru situasi ini menunjukkan keberanian Navis dalam mengemukakan pemikiran yang sangat relevan dengan kondisi sosial masyarakat, membuatnya dihormati sebagai suara yang berani dan kritis.