Cinta yang Abadi
(sebuah surat yang terlambat posting dari seorang gadis di hari Ayah, 12 November)
Dalam sepi yang menyelimuti Hari Ayah, air mata tak tertahan menyapa kenangan-kenangan indah. Seorang siswi kelas 10 sebuah SMK menulis surat untuk ayahnya yang telah pergi, mencoba merangkum cinta yang tak akan pernah pudar meskipun fisik ayah tak lagi ada di sisinya.
**
Cahaya matahari menembus celah jendela dan menghangatkan dinding rumah yang lembab. Anahalo duduk termenung di atas kursi kayu tua. Tangan kanannya memegang selembar kertas yang setipis harapan, sementara matanya terpaku pada foto ayahnya yang tersimpan dalam bingkai di atas meja.
Kemarin siang, adik bungsunya, Mesumalo, memposting foto sang ayah, dengan caption sederhana namun penuh makna: "Selamat Hari Ayah." Kata-kata itu mengalir bagaikan air mata yang sulit ditahan. Hari yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan kini terbalut kesedihan, menghadirkan kembali rindu yang tak tertahankan.
Anahalo mulai menulis, tangannya bergetar, namun hatinya berusaha tak gentar. Ia menulis dalam sebuah bingkai yang indah, demikian:
[Kekasihku,
Hari ini, saat semua orang merayakan kehadiranmu, aku merindukan senyummu. Walaupun kau telah pergi, cinta yang kau berikan tidak pernah sirna. Kaulah pahlawanku, ayah, yang selalu ada di setiap detik perjalanan hidupku. Ingatan akan pelukan hangatmu seolah menjadi cahaya dalam gelap yang tak pernah padam.
Setiap kata yang kau ucapkan, meski jarang, selalu terukir dalam hatiku. Kadang aku bertanya pada diri sendiri, bagaimana kau bisa mencintai kami seberani itu, tanpa banyak bicara, tanpa banyak kata? Cintamu mengajarkan aku makna keberanian dan pengorbanan. Tiada kata bisa menggantikan setiap tawa kita, setiap peluh yang kau curahkan untuk keluarga ini.
Ayah, meski tubuhmu tak lagi ada di sisiku, ruhmu tak henti-hentinya menyertai langkahku. Kebaikan dan cinta yang kau titipkan dalam hati ini akan selalu aku simpan, seperti harta karun yang abadi. Hari Ayah ini, izinkan aku berdoa, semoga kau mendapatkan kebahagiaan di sisi-Nya. Kuharap surga memelukmu dengan hangat, seperti kau selalu memeluk kami dalam kebahagiaan dan kesedihan.
Kepada para ayah yang masih ada di dunia ini, cintailah mereka dengan segenap jiwa kalian. Satu pelukanmu bisa menyelamatkan hidup mereka. Jadilah pahlawan yang tak perlu menyandang senjata, tetapi hanya dengan cinta. Karena, meski terkadang kau merasa lelah, ingatlah bahwa setiap detik perhatianmu adalah harta berharga bagi anak-anakmu.
Dan untuk ayah-ayah yang belum mampu menjalankan tanggung jawab, semoga hati kalian tergerak untuk mencintai keluarga, istri, dan anak-anak kalian. Jangan biarkan ketidakpahaman menghalangi cinta sejati yang seharusnya bisa kau berikan. Mereka layak untuk dicintai dan dijaga.]
***
Anahalo meneteskan air mata, kertasnya kini basah oleh harapan yang menggantung di angan. Dia melipat suratnya dan meletakkannya di dekat foto ayahnya. Ini bukan hanya sebuah surat; ini adalah cinta abadi yang tak akan pernah pudar.
"Selamat Hari Ayah, meski kau tak di sini, cintamu selalu ada di setiap napasku," bisiknya pelan sebelum menyeka air matanya.