Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta, Ketaatan, dan Kesatuan

3 November 2024   09:48 Diperbarui: 3 November 2024   09:49 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Tiga Kunci Kehidupan Berkat dalam Tuhan

Di tengah kehidupan modern yang penuh distraksi, pesan Musa dalam Kitab Ulangan 6:2-6 kembali menyapa kita dengan relevansi yang mendalam. Saat dunia menawarkan berbagai jalan, ajakan untuk hidup dalam ketaatan, cinta yang total, dan kesatuan iman menjadi pilar penting agar kita tidak kehilangan arah. Inilah tiga kunci yang tak hanya mendekatkan kita pada Tuhan, tetapi juga pada hidup yang lebih berarti.

Pertama, Ketaatan sebagai Jalan Menuju Kesejahteraan Hidup

Musa mengingatkan bahwa ketaatan kepada perintah Tuhan membawa kehidupan yang baik dan umur panjang. Bagi umat masa kini, ketaatan bukan sekadar kewajiban, melainkan landasan menuju kesejahteraan rohani dan sosial. Di tengah segala godaan modern, ketaatan kepada ajaran Tuhan memberikan arah hidup yang membawa damai dan kebahagiaan sejati.

Dalam hal kejujuran di tempat kerja misalnya, godaan untuk mengambil jalan pintas demi keuntungan cepat bisa mengaburkan nilai moral. Namun, dengan menaati prinsip-prinsip Tuhan tentang kejujuran dan keadilan, seseorang memilih bekerja secara jujur meskipun mungkin memerlukan lebih banyak usaha. Pilihan ini tidak hanya menciptakan ketenangan hati, tetapi juga membangun reputasi baik, kepercayaan dari orang lain, dan berkah dalam pekerjaan. Ketaatan semacam ini, meskipun mungkin tidak populer, membawa kedamaian batin yang lebih mendalam dan kesejahteraan yang lestari, menjadikan hidup lebih bermakna di tengah tantangan zaman.

Kedua, Kasih yang Total kepada Tuhan

"Kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu, jiwamu, dan kekuatanmu." Seruan ini mengajak umat untuk membangun hubungan yang tulus dengan Tuhan, bukan sekadar formalitas. Dalam era yang penuh distraksi, umat diundang untuk menempatkan Tuhan sebagai pusat hidupnya, dengan cinta yang mendalam dan dedikasi total.

Kita ambil contoh dalam kehidupan sehari-hari, seseorang bisa menunjukkan kasih sepenuhnya kepada Tuhan dengan meluangkan waktu khusus untuk berdoa dan merenung setiap hari, meskipun sibuk dengan pekerjaan, keluarga, atau aktivitas sosial. Alih-alih hanya beribadah sebagai rutinitas mingguan, ia bisa memulai hari dengan mendoakan petunjuk Tuhan dalam setiap keputusan dan mensyukuri hal-hal kecil yang diterima sepanjang hari. Selain itu, ia mungkin aktif dalam kegiatan yang melayani sesama sebagai wujud nyata cinta kepada Tuhan. Dengan begitu, ia benar-benar menempatkan Tuhan sebagai pusat hidupnya, memperlihatkan cinta yang nyata melalui waktu, perhatian, dan tindakan kasih kepada orang lain.

Ketiga, Kesatuan Iman dalam Pengakuan Tuhan yang Esa

Di tengah dunia yang sarat perbedaan, pengakuan bahwa "TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!" memperkokoh persatuan umat. Ini mengingatkan kita bahwa kesatuan dalam iman adalah sumber kekuatan dalam menghadapi perpecahan dan tantangan. Dengan kesatuan iman, kita dipanggil untuk membangun komunitas yang saling mendukung dan penuh damai.

Dalam sebuah lingkungan masyarakat yang beragam, warga bisa membentuk kelompok lintas agama untuk mengadakan kegiatan sosial bersama, seperti bakti sosial, bantuan bencana, atau kerja bakti. Dengan latar belakang keyakinan yang berbeda-beda, mereka dapat bekerja sama atas dasar nilai-nilai universal seperti cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama. Kegiatan ini menjadi bentuk nyata dari kesatuan iman, di mana setiap orang menghormati keyakinan satu sama lain sambil berkontribusi untuk kebaikan bersama. Dengan demikian, persatuan dalam iman kepada Tuhan yang Esa menjadi kekuatan yang mempererat hubungan antarwarga, memupuk kedamaian, dan mengurangi potensi konflik yang timbul dari perbedaan.

Menemukan Makna dalam Kesibukan Dunia Digital

Disadari atau tidak, di era digital, kita sering terjebak dalam arus media sosial, berita yang silih berganti, dan tekanan gaya hidup yang serba cepat. Pesan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa menjadi pengingat untuk meluangkan waktu mencari kedamaian dalam hubungan pribadi dengan Tuhan, bukan sekadar mencari validasi dari dunia luar. Ketaatan pada ajaran Tuhan membantu kita menyaring informasi yang kita konsumsi, menjaga keseimbangan, dan memilih tindakan yang membawa kebaikan.

Contohnya, seseorang yang menyadari pentingnya menjaga hubungan pribadi dengan Tuhan mungkin memilih untuk membatasi penggunaan media sosial setiap hari. Alih-alih menghabiskan waktu berjam-jam melihat kehidupan orang lain dan terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat, ia bisa menggunakan waktu tersebut untuk berdoa, membaca kitab suci, atau merenung. Selain itu, ketika menyaring berita atau informasi yang beredar, ia berusaha mencari sumber yang terpercaya dan mempertimbangkan dampak informasi itu terhadap pikirannya, berfokus pada hal-hal yang membangun dan membawa damai. Dengan cara ini, ia tidak hanya menjaga kedamaian batin, tetapi juga menunjukkan bahwa hubungannya dengan Tuhan lebih penting daripada opini atau validasi dari dunia luar.

Akhirnya,

Cinta, ketaatan, dan kesatuan bukan sekadar tuntunan kuno, melainkan rahasia kehidupan berkat yang tetap hidup di setiap zaman. Dengan menjadikan Tuhan sebagai pusat, kita menemukan makna di tengah kesibukan dunia modern dan membawa kedamaian yang sejati bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun