Lalu terakhir, kopi dingin mewakili strategi bagi-bagi jabatan kepada berbagai kelompok pendukung agar pemerintahan dapat berjalan dengan damai dan tanpa gangguan berarti.Â
Di satu sisi, hal ini bisa menjamin stabilitas politik dan meredam gejolak dari kelompok-kelompok yang merasa sudah berjuang keras untuk kemenangan.Â
Namun, kabinet yang didasari pada pertimbangan politik ini berpotensi kurang efektif jika tidak dipenuhi dengan individu yang memiliki kapasitas dan kompetensi untuk menyelesaikan masalah bangsa.
Prabowo, sebagai "barista" politik, perlu menentukan racikan yang paling tepat agar kabinet yang terbentuk bukan sekdar bentuk konsolidasi politik, melainkan juga sebuah tim yang benar-benar siap menggerakkan roda pemerintahan dan memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi.Â
Kabinet yang tidak terlalu gemuk dan tetap akomodatif bisa menjadi jalan tengah yang bijak. Kombinasi antara wajah baru yang segar, pengalaman orang lama, dan beberapa posisi strategis untuk meredam kepentingan politik adalah tantangan besar yang harus dijawab.
Tentu kita berharap bahwa pilihan menu kabinet ini bukan sekadar soal kopi mana yang akan disajikan, tetapi tentang bagaimana rasa dan efeknya bagi bangsa. Apakah akan memberikan energi baru yang menyegarkan, menghangatkan dengan nuansa yang sudah familiar, atau malah mendinginkan suasana politik yang rawan konflik?
Prabowo diharapkan mampu menyuguhkan kopi yang pas bagi seluruh rakyat Indonesia, agar cita-cita menuju bangsa yang maju dan sejahtera dapat tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H