Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Enam Etika Hidup, Panduan Sederhana untuk Kehidupan yang Bermakna

14 Oktober 2024   13:00 Diperbarui: 14 Oktober 2024   13:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika membuka email untuk membalas beberapa pesan yang masuk, saya mengklik email dari pinterest.com dan muncullah gambar di atas. Bagi saya ini menarik. Karena menarik maka saya mencoba menguraikan keenam etika itu satu per satu (seperti yang nampak dalam postingan di bawah ini)

Dalam kehidupan yang penuh kesibukan, terkadang kita lupa akan hal-hal mendasar yang bisa membuat hidup kita lebih berarti. Kita sering terburu-buru melakukan sesuatu tanpa merenungkan nilainya terlebih dahulu. Enam etika hidup yang sederhana ini mengingatkan kita untuk memaknai setiap langkah dengan bijak dan penuh kesadaran. 

Mari, kita kupas lebih dalam mengenai apa saja enam etika ini dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Tentu ini bukan patokan seperti konstitusi negara (yang juga bisa diubah-ubah sesuai dengan keinginan untuk mempertahankan atau memperjuangkan sesuatu), tetapi hanya sebuah perspektif yang bersifat subjektif - karena pembaca bisa menuliskannya sesuai dengan pengalaman masing-masing.

1. "Before you Pray - Believe"

Sebelum berdoa, percayalah.

Berdoa sering kali menjadi pelarian saat kita menghadapi masalah atau ingin mengungkapkan rasa syukur. Tapi, apa artinya doa tanpa keyakinan? Ibaratnya, seperti mengirim pesan tanpa alamat yang jelas. Kepercayaan adalah dasar yang membuat doa menjadi lebih dari sekadar kata-kata. Ketika kita berdoa dengan penuh keyakinan, kita menaruh harapan dan energi positif ke dalam permohonan kita dan percaya bahwa permohonan itu akan dikabulkan untuk kita.

Dalam kehidupan bersama, sikap ini juga berlaku. Keyakinan membentuk fondasi dari segala hal. Percaya pada teman, keluarga, atau rekan kerja membuat hubungan lebih kuat dan dapat diandalkan. Tanpa kepercayaan, doa kita untuk kebaikan bersama menjadi hampa. Oleh karena itu, sebelum kita memohon atau berharap, pastikan kita benar-benar percaya akan kekuatan di baliknya.

2. "Before you Speak - Listen"

Sebelum berbicara, Dengarkan.

Kita sering kali begitu bersemangat untuk menyampaikan pendapat hingga lupa untuk mendengarkan terlebih dahulu. Padahal, mendengarkan adalah langkah pertama menuju pemahaman. Dengan mendengarkan, kita memberi ruang untuk memahami perspektif orang lain, yang pada akhirnya membuat kita lebih bijaksana dalam memberikan respon.

Dalam kehidupan sehari-hari, etika ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai orang lain. Ketika kita mendengarkan dengan sungguh-sungguh, kita bukan hanya mendengar kata-kata, tapi juga perasaan dan pikiran yang ada di baliknya. Komunikasi yang sehat bukan hanya tentang bagaimana kita berbicara, tetapi juga tentang bagaimana kita mampu mendengar.

3. "Before you Spend - Earn"

Sebelum mengeluarkan uang, dapatkan dahulu.

Saat ini, gaya hidup konsumtif semakin mudah ditemukan. Dengan kemudahan berbelanja online dan promosi di mana-mana, kita bisa lupa akan pentingnya kerja keras. "Sebelum menghabiskan, dapatkan dulu" mengingatkan kita bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memiliki nilai yang berasal dari usaha kita. Dengan menghargai proses mendapatkan sesuatu, kita juga belajar untuk lebih bijaksana dalam membelanjakannya.

Pesan ini sangat relevan, terutama di era modern di mana utang dan kredit begitu mudah diperoleh. Etika ini mengajarkan kita untuk hidup sesuai kemampuan dan tidak tergoda untuk berbelanja melebihi apa yang bisa kita hasilkan. Dengan begitu, kita dapat hidup dengan lebih damai dan stabil, baik secara finansial maupun emosional.

4. "Before you Write - Think"

Sebelum menulis, pikirkan dahulu.

Di era digital, semua orang bisa menjadi penulis. Setiap orang bebas mengungkapkan pikiran melalui media sosial, blog seperti Kompasiasan ini, atau artikel. Namun, kebebasan ini seharusnya datang dengan tanggung jawab. "Pikirkan sebelum menulis" adalah seruan untuk tidak asal dalam menyampaikan sesuatu. Kata-kata bisa membawa dampak besar, dan sering kali lebih sulit untuk menarik kembali kata-kata yang sudah diucapkan atau dituliskan.

Ini penting untuk diingat, terutama di tengah maraknya berita palsu dan informasi yang menyesatkan. Sebelum menuliskan sesuatu, kita perlu mempertimbangkan dampak dari apa yang akan kita sampaikan. Apakah informasi ini benar? Apakah opini ini akan menyakiti orang lain? Dengan mempertimbangkan hal ini, kita dapat menyumbangkan sesuatu yang positif bagi lingkungan sekitar.

5. "Before you Quit - Try"

Sebelum menyerah, cobalah dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun