Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keterpesonaan di Layar Kompasiana

7 Oktober 2024   20:15 Diperbarui: 7 Oktober 2024   23:55 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterpesonaan di Layar Kompasiana

Sejak pertama kali mengenal internet, Aldo tak pernah benar-benar peduli dengan apa yang dibaca orang lain. Baginya, dunia maya hanyalah tempat untuk mencari hiburan sesaat atau memenuhi tuntutan pekerjaan. Namun, segalanya berubah ketika suatu malam, saat ia tak sengaja membuka sebuah platform bernama Kompasiana.

Aldo mengerutkan kening ketika pertama kali melihat laman utamanya. Tampak sederhana, dengan tulisan-tulisan yang berbaris rapi, menampilkan topik dari berbagai tema: politik, ekonomi, budaya, bahkan cerita kehidupan sehari-hari. Awalnya ia berpikir, "Ah, hanya satu lagi dari sekian banyak tempat orang-orang menulis hal-hal yang tidak penting." Tetapi, tanpa disadari, jemarinya bergerak, mengklik sebuah artikel berjudul "Menghadapi Kehidupan dengan Tawa: Pelajaran dari Pedagang Kaki Lima."

Tulisan itu ditulis oleh seorang yang menyebut dirinya "Penulis Jalanan." Aldo tidak tahu siapa dia, tapi kata-kata dalam tulisan itu begitu sederhana namun begitu hidup, seakan sang penulis berbicara langsung dengannya. Tentang seorang pedagang yang tetap tertawa di tengah sulitnya hidup, tentang bagaimana menghadapi masalah tanpa kehilangan semangat. Aldo tiba-tiba merasa tersentuh, meski ia tak mengenal sang penulis atau pedagang yang diceritakan.

Sejak malam itu, Aldo semakin sering membuka Kompasiana. Ada banyak cerita, opini, dan pengalaman hidup yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan. Ia membaca tulisan-tulisan dari para Kompasianer yang menceritakan tentang perjuangan hidup, cinta, cita-cita, hingga ulasan mendalam tentang politik dan ekonomi. Namun, di balik semua topik yang beragam, Aldo selalu merasakan sesuatu yang sama: kejujuran. Setiap tulisan, seberapa sederhana atau rumit pun, selalu hadir dengan kejujuran yang menyentuh, tanpa pretensi atau basa-basi.

Suatu malam, ia menemukan sebuah artikel dengan judul yang menarik perhatian, "Saat Kata-kata Menyelamatkan Hidupku." Artikel itu bercerita tentang seorang pria yang tengah berada di ambang keputusasaan. Kehidupannya porak poranda, pekerjaannya hilang, keluarganya tercerai-berai, dan ia merasa bahwa dunia sudah tak lagi memberinya tempat. Namun, saat ia tak sengaja membuka Kompasiana dan membaca tulisan-tulisan tentang pengalaman hidup yang lebih keras dari miliknya, ia menemukan kembali secercah harapan. Pria itu mulai menulis, berbagi ceritanya sendiri, dan menemukan bahwa ada banyak orang di luar sana yang peduli, memberi dukungan, dan menyemangatinya untuk terus bertahan.

Aldo merasa ada getaran di dalam hatinya. Ia teringat masa-masa ketika dirinya sendiri hampir menyerah. Kehidupan tak selalu ramah padanya; ada saat-saat di mana ia merasa terasing, tak punya tujuan, bahkan kehilangan arah. Namun, berbeda dengan pria dalam cerita itu, Aldo tidak pernah berpikir untuk menulis atau berbagi apa yang ia rasakan. Bagi Aldo, perasaan-perasaan itu harus tetap terkubur di dalam dirinya sendiri, karena ia tak ingin terlihat lemah di mata orang lain.

Tapi kini, setelah sekian lama menghabiskan waktu di Kompasiana, Aldo mulai melihat menulis dari sudut pandang yang berbeda. Menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya atau mencari pengakuan, tapi juga tentang menyembuhkan diri sendiri. Ada sesuatu yang ajaib dalam kata-kata; mereka bisa mengangkat beban yang tak terlihat, mengurai perasaan yang terpendam, dan yang terpenting, menghubungkan hati manusia yang tak pernah saling mengenal.

***

(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun