Namun, tak seorang pun tahu bahwa tubuhnya telah kosong, dirasuki oleh roh penduduk yang dibantai. Ketika para pencari petualangan atau orang dengan niat buruk datang di tahun-tahun berikutnya, mereka selalu disambut oleh seorang lelaki dengan senyum lebar yang menuntun mereka... ke kematian mereka.
Desa Rawa Gering tetap sunyi, namun setiap tanggal enam bulan kesepuluh, siapapun yang berniat jahat dan masuk desa itu akan mendengar lolongan dan jeritan. Tak ada yang pernah kembali untuk menceritakan apa yang terjadi, kecuali satu hal yang selalu mereka ingat: senyum lebar di wajah seseorang yang seharusnya tak lagi ada di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H