Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Testophobia: Kala Ujian Menjadi Teror Mental

24 September 2024   17:17 Diperbarui: 24 September 2024   17:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Testophobia: Kala Ujian Menjadi Teror Mental


Hari-hari ini siswa kelas 1 SD hingga kelas 12 SMA/SMK sedang mengadakan ujian sumatif 1 atau ujian tengah semester. Tentu ada siswa yang siap ada yang tidak. Yang tidak siap tentu dengan berbagai alasan. Salah satu alasan yang menarik dicermati adalah adanya kecemasan atau takut pada ujian.


Kecemasan atau ketakutan ini secara psikologis kerap kali menghantui para siswa ini disebut testophobia atau ketakutan yang berlebihan terhadap ujian. Ketakutan ini melampaui rasa gugup biasa yang sering kita rasakan sebelum menghadapi ujian. Bagi sebagian siswa, ujian adalah momok menakutkan yang memicu perasaan cemas, gugup, bahkan putus asa. Fenomena ini bukanlah hal sepele; ia menyimpan dampak besar terhadap prestasi dan kesehatan mental siswa, serta mencerminkan tekanan yang dirasakan dari lingkungan pendidikan dan sosial.
Kecemasan ujian adalah manifestasi dari kecemasan performa, di mana individu merasa tertekan untuk mencapai ekspektasi yang tinggi. Ini mungkin disebabkan oleh pengalaman traumatis sebelumnya, tekanan dari keluarga atau sekolah, atau ketakutan akan kegagalan yang terinternalisasi. Mereka yang menderita testophobia sering kali merasa tubuh dan pikiran mereka dikendalikan oleh ketakutan tersebut, menyebabkan gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, tangan yang berkeringat, atau bahkan mual. Secara mental, pikiran menjadi kabur dan sulit berkonsentrasi.

Bagi siswa yang merasakan testophobia, ujian bukan sekadar alat untuk mengukur pemahaman, tetapi seolah menjadi arena pertarungan untuk "hidup atau mati". Kegagalan dalam ujian kerap dianggap sebagai kegagalan dalam hidup, seakan-akan seluruh masa depan bergantung pada hasilnya. Ini menciptakan siklus kecemasan yang tak berkesudahan, di mana tekanan ujian menimbulkan ketakutan, dan ketakutan itu pada gilirannya menghambat performa mereka dalam ujian.

Mengapa Testophobia Terjadi?

Beberapa psikolog melihat kecemasan ujian sebagai hasil dari berbagai faktor. Salah satunya adalah sistem pendidikan yang terlalu fokus pada hasil akademis dan angka sebagai ukuran keberhasilan. Siswa tidak hanya belajar untuk memahami materi, tetapi mereka juga harus memenuhi ekspektasi yang kadang tidak realistis. Selain itu, stigma negatif terhadap kegagalan juga memainkan peran penting. Banyak siswa merasa bahwa satu kegagalan dapat menghapus seluruh upaya mereka, seolah-olah kesuksesan mereka hanya diukur dari nilai.

Tekanan sosial juga memperparah kecemasan ini. Harapan dari orang tua, guru, dan teman sebaya membuat siswa merasa terperangkap dalam kompetisi tanpa henti. Ini menjadi semakin berat ketika ujian dipandang sebagai satu-satunya jalan menuju keberhasilan dalam karier dan kehidupan pribadi.

Pendekatan Mengatasi Kecemasan Ujian


Testophobia bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Menurut para ahli, ada beberapa strategi efektif yang dapat membantu siswa mengelola dan mengurangi kecemasan ujian:

Manajemen Stres dan Mindfulness

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun