MEMBANGUN JEMBATAN EMOSIONAL dengan HOPE
Hubungan antara orang tua dan anak sering kali mengalami tantangan yang kompleks di zaman modern ini. Banyak yang menganggap bahwa semakin lama, jarak emosional antara anak dan orang tua kian renggang. Salah satu penyebab yang sering disebut adalah perbedaan generasi yang semakin mencolok, terutama dalam hal nilai, preferensi, dan pola komunikasi. Generasi anak yang tumbuh di era digital sering kali berinteraksi dengan dunia secara berbeda dari orang tua mereka yang mungkin lebih terbiasa dengan komunikasi tatap muka dan cara hidup yang lebih analog.
Berkaca pada diri sendiri, mungkin ada perasaan bahwa saat dulu kita berinteraksi dengan orang tua, komunikasi masih terasa lebih alami meskipun tetap ada perbedaan pandangan. Saya ingat bahwa meskipun ada ketidakcocokan, terutama dalam soal kebebasan memilih pendidikan atau pekerjaan, relasi itu tetap bisa terjaga karena orang tua masih bisa menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang nyata. Begitu pula jika sudah memiliki anak, hubungan yang ideal dibangun dengan dasar saling memahami dan keterbukaan. Orang tua harus belajar bagaimana menjadi pendengar yang baik dan memahami dunia anak-anak mereka yang berbeda dari apa yang mereka alami di masa lalu. Dan sebagai orang tua kita tidak perlu membandingkan kehidupan di masa lalu kita dengan masa kininya anak-anak kita. Karena kita hadir dalam dua dunia yang berbeda. Apalagi dewasa ini, dunia seakan berada dalam genggaman (android).
Salah satu hal penting dalam memperbaiki atau mempertahankan kedekatan hubungan adalah dengan memiliki expectations yang realistis dan positif---di sinilah prinsip HOPE (Have Only Positive Expectations) dapat memainkan peran penting. Sebagai orang tua, kita sering kali terjebak dalam harapan yang terlalu tinggi atau kurang adaptif terhadap kondisi anak. Dengan menerapkan HOPE, orang tua dapat membangun harapan yang positif namun fleksibel, yang memungkinkan anak tumbuh dalam suasana yang mendukung tanpa merasa tertekan atau dihakimi. Ini juga mendorong adanya komunikasi yang lebih terbuka dan sehat, di mana anak merasa didengar dan dihargai.
Mengatasi konflik antara orang tua dan anak bukanlah hal yang mudah, tetapi penyelesaiannya memang berbeda-beda tergantung pada situasi. Sebagai misal, saat terjadi konflik karena perbedaan pendapat tentang pemilihan sekolah, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mencoba memahami alasan di balik pilihan anak, kemudian memberikan pandangan sebagai orang tua dengan pendekatan yang lebih suportif daripada sekadar memaksa. Hal ini bisa dilakukan dengan duduk bersama, berdiskusi secara tenang, dan mencari jalan tengah yang saling menguntungkan.
Dalam hal ini, para ahli komunikasi dan relasi sosial seperti Dr. John Gottman menekankan pentingnya emotional attunement atau keselarasan emosional. Ketika orang tua mampu merespons dengan tepat emosi anak mereka, entah itu rasa frustasi, cemas, atau gembira, hubungan akan semakin erat. Gottman berpendapat bahwa dengan membangun jembatan emosional melalui komunikasi yang hangat dan terbuka, orang tua dapat membantu anak merasa lebih aman dan didukung.
Tips yang bisa diterapkan dalam membangun kedekatan ini antara lain: Pertama, mendengarkan secara aktif. Orang tua harus berlatih untuk mendengarkan tanpa langsung menghakimi atau memberikan solusi. Terkadang, anak hanya ingin didengar. Kedua, luangkan waktu berkualitas bersama. Waktu yang dihabiskan bersama tanpa distraksi teknologi sangat berharga untuk menciptakan kenangan positif. Ketiga, berkomunikasi dengan empati. Memahami perspektif anak dapat membantu menciptakan rasa saling percaya dan kedekatan emosional.
Pengalaman pribadi dalam menyelesaikan konflik mungkin menyadarkan kita bahwa masalah yang tampak mirip bisa memerlukan penyelesaian yang unik. Misalnya, satu anak mungkin membutuhkan pendekatan yang lebih langsung dan tegas, sementara yang lain lebih responsif terhadap pendekatan yang lebih lembut dan diplomatis.
Dengan prinsip HOPE dan komunikasi yang baik, orang tua dapat menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa didukung, bukan terasing. Hubungan yang dibangun dengan kepercayaan, empati, dan harapan positif akan membawa perubahan yang signifikan dalam interaksi sehari-hari antara anak dan orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H