Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi dan Purnama

19 September 2024   22:48 Diperbarui: 19 September 2024   22:51 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar olahan AI oleh penulis)

Kopi dan Purnama

Di bawah terang purnama yang samar,
Kebenaran menetes seperti kopi hangat,
Namun pahitnya tertutup angin malam,
Saat pejabat dan keluarganya duduk nyaman,
Di kursi hukum yang memudar perlahan.

Kata-kata pembela membakar udara,
Sikap permisif tumbuh tanpa batas,
Seolah dunia buta, tuli pada luka,
Kerusakan moral tersebar halus,
Etika tenggelam di antara tawa palsu.

Purnama tetap menyinari kelam,
Namun kebenaran kian pudar, samar,
Nilai kemanusiaan terlupakan dalam diam,
Saat keadilan terbungkus retorika,
Menanti pagi yang mungkin tak pernah tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun