Kopi dan Purnama
Di bawah terang purnama yang samar,
Kebenaran menetes seperti kopi hangat,
Namun pahitnya tertutup angin malam,
Saat pejabat dan keluarganya duduk nyaman,
Di kursi hukum yang memudar perlahan.
Kata-kata pembela membakar udara,
Sikap permisif tumbuh tanpa batas,
Seolah dunia buta, tuli pada luka,
Kerusakan moral tersebar halus,
Etika tenggelam di antara tawa palsu.
Purnama tetap menyinari kelam,
Namun kebenaran kian pudar, samar,
Nilai kemanusiaan terlupakan dalam diam,
Saat keadilan terbungkus retorika,
Menanti pagi yang mungkin tak pernah tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!