Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Have Only Positive Expectations (2)

19 September 2024   14:17 Diperbarui: 19 September 2024   22:17 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(id.images.search.yahoo.com)

Penelitian dari Martin Seligman, pencetus psikologi positif, menunjukkan bahwa sikap optimis dan positif dapat memperkuat hubungan sosial. Sikap positif tidak hanya membuat kita lebih mudah diterima oleh orang lain, tetapi juga membantu menciptakan suasana interaksi yang lebih nyaman dan hangat. Dengan bersikap positif, kita dapat mengurangi ketegangan dan menciptakan lingkungan sosial yang penuh dengan saling dukung dan apresiasi.

Ketika ke bengkel mobil menemani seorang imam asal Swiss di pusat kota Antananarivo, saya diteriaki oleh seorang anak yang melapor ke ayahnya. "Bapak..bapak..ini ada orang sudah besar tapi tidak bisa bicara Bahasa Malagasy" (sebutan untuk Bahasa Madagascar). Atau dalam Bahasa Madagascarnya demikian, "Dada...dada...misy olona efa lehibe fa tsy mahany miteny Gasy" dengan ekspresi wajah heran dan merajuk ke sang ayah. Saya pun jujur kalau belum lancar bicara Bahasa Malagasy dan dia bersedia menjadi guru saya. "Raha tsy mahay afaka mampianatra anao aho, jika tidak tahu nanti saya ajari," katanya dengan polos dan sikap yang positif. Dan sikap anak-anak di manapun akan sama, selalu berpikir positif tentang orang lain, kecuali kita orang tua mengajari sebaliknya.

(dreamstime.com)
(dreamstime.com)

Keempat, setiap hubungan sosial harus didasari oleh HARAPAN yang realistis dan konstruktif. 

Harapan ini melibatkan keyakinan bahwa setiap individu dalam hubungan akan tumbuh dan berkembang bersama. Seperti yang dijelaskan oleh John Gottman, seorang ahli hubungan, hubungan yang sukses adalah mereka yang dibangun atas dasar harapan yang positif namun realistis, di mana kedua pihak memahami bahwa tidak ada hubungan yang sempurna, namun selalu ada ruang untuk berkembang. Dengan memelihara harapan ini, kita dapat menjaga hubungan tetap dinamis dan terus bertumbuh, bahkan di tengah tantangan.

Seperti halnya yang saya lakukan dengan anak-anak Madagascar. Relasi yang kami bangun berdasarkan HARAPAN yang resiprokal. Saya berharap bisa berbahasa Malagasy dan mereka berharap bisa bermain basket. Kedua harapan itu membutuhkan biaya apapun selalu MEMBUKA HATI UNTUK SALING MEMBERI DAN MENERIMA DIRI APA ADANYA.  

Akhirnya, dengan prinsip "HOPE: Have Only Positive Expectations" ini hubungan sosial dapat menjadi fondasi bagi interaksi yang lebih sehat dan penuh arti. Memiliki keterbukaan, fokus pada hal-hal positif, menjaga sikap optimis, dan memelihara harapan akan membawa kita pada relasi yang lebih harmonis dan bermakna, yang saling menguntungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun