ETOS KEDISPLINAN DAN PENERAPAN SUKACITA INJIL
Sebuah Refleksi Pasca Kedatangan Paus
Belajar dari kedatangan dan penyambutan Paus Fransiskus di Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Leste, kita melihat sebuah momen yang menggambarkan kedisiplinan dan keteraturan yang luar biasa dari ratusan ribu umat Katolik. Dari awal kedatangan hingga kepulangan Bapa Suci, suasana yang tertib, penuh hormat, dan disiplin ini bukan hanya menunjukkan sikap yang luar biasa dari umat Katolik, tetapi juga merefleksikan etos dan nilai-nilai yang mendalam.
Belajar dari kedatangan dan penyambutan Paus Fransiskus di Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Leste, kita melihat sebuah momen yang menggambarkan kedisiplinan dan keteraturan yang luar biasa dari ratusan ribu umat Katolik. Dari awal kedatangan hingga kepulangan Bapa Suci, suasana yang tertib, penuh hormat, dan disiplin ini bukan hanya menunjukkan sikap yang luar biasa dari umat Katolik, tetapi juga merefleksikan etos dan nilai-nilai yang mendalam.
Ratusan ribu umat bisa dengan mudah mengikuti satu komando yang digariskan dan disampaikan oleh para pendamping lapangan tanpa banyak protes. Lautan manusia hanya punya satu fokus: yakni mengarahkan hati dan pikiran hanya kepada Paus Fransiskus yang tampil amat sederhana dengan cinta seorang ayah yang luar biasa (wujud cinta Allah yang maharahim).Â
Tentu harus kita akui dan berterima kasih dengan sejujurnya bahwa banyak tangan tak terlihat, para relawan dan panita yang bekerja di belakang layar agar umat bisa menikmati setiap momen kehadiran Paus.
Begitu juga dengan penghormatan dan rasa hormat yang diberikan kepada Paus oleh pemimpin dan rakyat negara-negara tuan rumah. Meski berbeda agama dan budaya, mereka memperlakukan beliau dengan penuh rasa hormat dan penghargaan. Ini membuktikan bahwa toleransi dan keberagaman bukan hanya kata-kata kosong, tetapi benar-benar dihidupkan dan dipraktekkan di negara-negara ini.
Kedatangan Paus Fransiskus juga memicu semangat kebersamaan dan persaudaraan di antara umat Katolik. Di mana-mana, kita melihat umat Katolik berbondong-bondong untuk menyambut kedatangan beliau. Mereka berdiri berdampingan, tanpa memandang suku, ras, atau status sosial mereka. Semua orang bersatu untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada Paus.
Lebih lanjut, kita juga belajar pentingnya memahami dan menghargai perbedaan. Paus Fransiskus, sebagai pemimpin Gereja Katolik, memiliki cara berpikir dan pandangan yang mungkin berbeda dari kita. Namun, hal itu tidak menghalangi kita untuk menghormati dan menghargai beliau. Ini adalah pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kedatangan Paus Fransiskus.
Secara keseluruhan, kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Leste bukan hanya sebuah peristiwa bersejarah, tetapi juga sebuah momen belajar bagi kita semua. Momen ini mengingatkan kita tentang pentingnya toleransi, penghormatan, disiplin, dan persaudaraan. Dan yang paling penting, momen ini mengajarkan kita untuk selalu membuka hati dan pikiran kita, serta menghargai dan memahami perbedaan.
Ada beberapa point yang bisa kita catat sebagai pembelajaran dari kedatangan dan kepulangan Paus dari hadapan kita (dalam kaca mata atau kaitan dengan beberapa ensiklik Paus).
Etos Kedisiplinan: Menghidupi Ajaran "Laudato Si.'"Â
Salah satu ensiklik paling terkenal dari Paus Fransiskus, Laudato Si', berbicara tentang tanggung jawab umat manusia untuk merawat bumi, namun juga mencakup tema yang lebih luas mengenai harmoni dan keteraturan dalam kehidupan sosial.Â