Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Apa itu Enochlophopia

8 September 2024   17:05 Diperbarui: 8 September 2024   17:20 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENGENAL APA ITU ENOCHLOPHOBIA

 

Seorang teman guru bercerita bahwa pernah memiliki murid yang amat ketakutan jika berada di tengah keramaian bahkan di antara teman-teman sekelas. Jika diajak bicara tidak pernah ada respon. Kalau pun respon hanya satu dua patah kata sesuai dengan pertanyaan. Orang seperti cenderung menyendiri dan merasa tidak memiliki teman, semua dianggap menjauhinya. Kasihan sebenarnya kalau mereka berada di sekolah umum (yang banyak orang) karena akan membuatnya menderita.

Dari kisah teman itu saya lalu mencari apa namanya orang yang takut secara berlebihan pada keramaian. Saya baru tahu istilahnya enochlophobia.

Enochlophobia, ketakutan berlebihan terhadap keramaian, merupakan fenomena yang tak bisa dianggap remeh. Di dunia yang semakin padat dan hiruk-pikuk, rasa takut terhadap keramaian ini bisa menjadi penghalang besar bagi mereka yang mengalaminya. Bagi sebagian orang, keramaian adalah tempat bersosialisasi dan menikmati kebersamaan. Namun, bagi penderita enochlophobia, keramaian menjadi sumber kecemasan yang menghantui, sehingga mereka sering kali menghindari tempat-tempat umum, acara sosial, atau bahkan situasi sehari-hari seperti berbelanja atau bepergian dengan transportasi umum.

(hypnosisondemand.com)
(hypnosisondemand.com)

Penyebab Enochlophobia

Menurut Dr. Judith S. Beck, seorang ahli terapi kognitif-perilaku, enochlophobia sering kali muncul akibat pengalaman traumatis di masa lalu yang melibatkan kerumunan. Misalnya, seseorang yang pernah terjebak dalam situasi panik di tengah keramaian, seperti saat terjadi bencana atau kerusuhan, mungkin menyimpan rasa takut yang berkepanjangan terhadap keramaian. Namun, tidak semua penderita mengalami trauma yang nyata. Dr. Beck menjelaskan bahwa seringkali rasa takut ini juga dipicu oleh pola pikir yang berlebihan, di mana individu mengembangkan keyakinan bahwa mereka berada dalam bahaya ketika berada di tengah keramaian, meskipun tidak ada ancaman nyata.

Faktor genetika juga memiliki peran dalam perkembangan enochlophobia. Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan kecemasan cenderung lebih rentan mengembangkan fobia, termasuk enochlophobia. Selain itu, kepribadian introvert atau pemalu juga sering kali berkontribusi, karena individu ini mungkin merasa kewalahan oleh rangsangan berlebih yang dihadirkan oleh keramaian.

(mtgnexus.com)
(mtgnexus.com)

Gejala dan Dampak Sosial

Gejala enochlophobia bisa bervariasi, mulai dari detak jantung yang cepat, sesak napas, keringat dingin, hingga serangan panik yang membuat seseorang merasa seolah-olah tidak bisa melarikan diri. Psikolog klinis, Dr. Lisa Firestone, menyebutkan bahwa gejala-gejala ini sering kali datang tiba-tiba dan tanpa peringatan, membuat penderita merasa terperangkap dalam ketakutan mereka sendiri. Dalam kasus yang parah, seseorang bahkan bisa mengalami serangan panik hanya dengan memikirkan berada di tengah keramaian.

Dampak sosial dari enochlophobia sangat besar. Penderita sering kali merasa terisolasi karena ketakutan mereka menghalangi mereka untuk berpartisipasi dalam acara sosial atau kegiatan sehari-hari. Dalam jangka panjang, isolasi sosial ini dapat menyebabkan depresi dan penurunan kualitas hidup. Mereka yang menderita enochlophobia sering kali merasa tidak dipahami oleh orang-orang di sekitar mereka, yang mungkin melihat ketakutan ini sebagai hal yang berlebihan atau tidak rasional. Namun, bagi penderita, ketakutan ini sangat nyata dan mengganggu keseharian mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun