Menulis tentang Paus Fransiskus yang sedang melakukan kunjungan apostolik dan kenegaraan di Indonesia seperti sebuah keran air yang terus mengalirkan ide. Ini tulisan ketujuh tentang Paus Fransiskus. Ada banyak sekali keutamaan yang bisa menginspirasi kita. Ketika pertama kali dia terpilih menjadi Paus, saya langsung menulis buku berjudul "Paus Fransiskus, Pregate Per Me" yang kemudian menjadi buku best seller saya. Ketika penerbit lain belum menerbitkannya, saya sudah mencetak ulang tiga kali. Dari buku ini saya terinspirasi untuk memberi anak nomor dua dengan nama Fransiskus juga. Dari buku ini juga saya bisa membangun rumah sederhana yang kami tempati saat ini.
Hari-hari ini, Paus Fransikus sedang berada bersama umat Katolik se-Indonesia yang berada di negara yang berpenduduk muslim terbesar dunia. Kehadirannya seakan membuka banyak topeng tentang pelayanan dan kepemimpinan yang diperlihatkan dari "dunia lain" di luar kepemimpinan dan pelayanan paus.
Ketika banyak pemimpin tampil dengan pamrih pribadi (yang bisa jadi sangat politis) Paus memperlihatkan sebuah sisi kemanusiaan seorang pemimpin yakni hadir sebagai sesama yang membiarkan telinganya mendengarkan banyak keluhan, tangan yang lembut mengulur untuk menghibur mereka yang terhimpit beban kehidupan seolah sambil berkata, "Jangan takut, engkau tak sendirian, Tuhan Yesus sudah lebih dulu mengalaminya bagi kita."
Pada tulisan kali ini, saya ingin memperdalam makna dan sikap Paus yang mau menggunakan pesawat komersial, dijemput dengan mobil Kijang, dan duduk di samping sopir.Â
Tindakan Paus memberikan pesan mendalam tentang kerendahan hati dan pelayanan yang tulus. Tindakan sederhana ini, meskipun tidak disorot sebagai hal besar dalam protokol kepemimpinan dunia, memiliki makna spiritual yang kuat dan selaras dengan ajaran Yesus Kristus dalam Injil.
Kerendahan Hati sebagai Cerminan dari Yesus Kristus
Dalam Injil, Yesus Kristus secara konsisten menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa. Salah satu contoh paling kuat adalah ketika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebelum Perjamuan Terakhir.Â
Dalam Yohanes 13:14-15, Yesus berkata, "Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."
Tindakan Yesus ini adalah simbol dari pelayan sejati, yang meskipun memiliki kuasa ilahi, memilih untuk melayani orang lain dengan rendah hati. Sikap Paus yang memilih moda transportasi sederhana mencerminkan teladan ini. Dia menolak kemewahan dan memilih kesederhanaan, menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati tidak harus diukur oleh kemewahan atau status, melainkan oleh kerendahan hati dan pelayanan kepada orang lain.
Kedekatan dengan Umat sebagai Bentuk Pelayanan
Yesus selalu mendekati orang-orang tanpa memandang latar belakang mereka, bergaul dengan pemungut cukai, pendosa, dan mereka yang terpinggirkan. Dalam Matius 9:10-12, Yesus berkata, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."Â