Memberi Teladan dalam Tindakan
Ketika Paus tiba dengan pesawat komersial dan dijemput dengan mobil Innova Zenix. Ini sebuah simbol kuat dari kesederhanaan dan keberpihakan pada nilai-nilai yang mendasar. Sikap ini mencerminkan pesan bahwa pelayanan kepada umat tidak harus dilakukan dengan kemewahan atau keistimewaan, melainkan dengan rendah hati dan kesederhanaan.
Paus ingin menunjukkan bahwa kesederhanaan adalah inti dari kehidupan Kristiani, di mana fokus seharusnya bukan pada status atau kekayaan material, melainkan pada bagaimana kita melayani sesama dengan cinta dan pengabdian. Dengan memilih untuk terbang di kelas ekonomi dan menggunakan kendaraan yang sederhana, Paus mengingatkan kita semua untuk tidak terjebak dalam kesenangan duniawi dan untuk selalu mendahulukan kepentingan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung.
Pilihan ini juga menekankan keberpihakan Paus pada kaum miskin dan marginal. Dengan menanggalkan simbol-simbol kekuasaan dan kemewahan, Paus mengajak kita semua untuk lebih peka terhadap kebutuhan mereka yang hidup dalam kesederhanaan atau bahkan kekurangan. Ini adalah panggilan bagi semua pemimpin, baik di dalam Gereja maupun di masyarakat, untuk menjalani hidup yang penuh dengan integritas dan empati, serta untuk selalu mengutamakan kesejahteraan umat di atas kepentingan pribadi.
Keberpihakan mengalir dari kerendahan hati
Keteladanan yang diberikan oleh Paus, seorang kepala negara Vatikan sekaligus pemimpin dua miliar umat Katolik sedunia, dalam menunjukkan kerendahan hati melalui tindakan sederhana seperti terbang dengan menggunakan pesawat komersil (bukan jet pribadi) dan menggunakan kendaraan yang biasa, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pejabat kita.
Ada empat pejalaran yang bisa kita maknai dari keteladanan Paus Fransiskus bagi umat katolik umumnya dan pejabat dan pelayan rakyat khususnya.
Pertama, Keberpihakan kepada Rakyat. Paus menunjukkan bahwa keberpihakan sejati bukan ditunjukkan melalui kemegahan, melainkan melalui perhatian dan kepedulian yang nyata terhadap kehidupan sehari-hari orang banyak. Para pejabat kita dapat belajar bahwa keberpihakan pada rakyat tidak perlu ditunjukkan dengan janji-janji atau pencitraan, tetapi melalui tindakan yang nyata dan sederhana, yang mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Kedua, Kerendahan Hati sebagai Landasan Kepemimpinan. Kerendahan hati yang ditunjukkan oleh Paus mengajarkan bahwa pemimpin yang sejati adalah mereka yang tidak merasa lebih tinggi dari rakyatnya. Seorang pejabat seharusnya mampu mendekatkan diri dengan masyarakat, memahami kebutuhan mereka, dan bekerja bersama mereka, bukan hanya sebagai penguasa tetapi sebagai pelayan publik. Dengan demikian, pejabat dapat membangun kepercayaan dan menunjukkan bahwa kekuasaan bukanlah sarana untuk memperkaya diri atau mencari kehormatan, melainkan untuk melayani dengan tulus.