Keenam, hindari minuman manis. Minuman manis sering kali menjadi sumber utama gula tambahan. Cobalah untuk lebih sering minum air putih atau teh tanpa pemanis.
Ketujuh, siapkan makanan sendiri. Memasak sendiri di rumah memberikan kendali penuh atas bahan yang digunakan, sehingga lebih mudah untuk mengurangi penggunaan gula dan garam. Bahkan kini istri juga menyiapkan bekal untuk anak-anak dan juga saya bila ada jadwal mengajar sampai lebih dari pukul 14.30. Selain lebih higienis masakan dari rumah, takaran garam lebih teratur dan terukur.
Kedelapan, mengatasi keinginan. Ini termasuk paling sulit antara membedakan mana keinginan mana kebutuhan. Ketika keinginan untuk makanan manis atau asin muncul, coba alihkan perhatian dengan aktivitas lain seperti berjalan-jalan, berolahraga, atau membaca buku.
Kesembilan, ajarkan pada anak-anak. Untuk mengurangi konsumsi gula dan garam pada anak-anak, libatkan mereka dalam memilih makanan sehat dan ajarkan mereka tentang pentingnya pola makan seimbang. Berikan contoh dengan tidak terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam di depan mereka. Salah satunya dengan tidak terlalu membiarkan mereka jajan bebas di kantin sekolah. Biasakan mereka membawa bekal hasil masakan dari rumah, selain irit tentu saja lebih bersih.
Kesepuluh, dukungan sosial. Bergabung dengan komunitas atau kelompok yang memiliki tujuan serupa dapat memberikan dukungan dan motivasi tambahan untuk terus menjaga pola makan sehat. Hal ini akan memengaruhi pola dan perilaku anggota komunitas untuk saling mengingatkan. Ada teman yang bertugas sebagai wasit atau hakim garis bila kita kebablasan menikmati gula dan garam.
Tentu saja, di atas semua itu apapun yang kita perjuangkan, mengurangi konsumsi gula dan garam membutuhkan komitmen dan kesabaran, ketekunan dan kesetiaan karena kitalah yang akan menikmati manfaatnya bagi kesehatan jangka panjang yang sangat berharga.
Ingatlah selau, semakin berumur sempitkan ruang bagi gula dan garam dalam diri kita sehingga mereka tidak bisa masuk sesuka hati. Setiap orang memiliki ambang batas penggunaan gula yang berbeda. Ada yang memang harus membatasi secara ketat, ada yang hanya sebatas mengurangi, atau menggunakannya sejauh diperlukan. Seperti kata salah seorang teman dalam komentar atas tulisan ini, apapun bentuknya, yang dibutuhkan dalam mengatasi kecanduan adalah niat yang kuat dan keteguhan hati untuk tidak tergoda (Mezra Gamal).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H