Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fase E bagi Guru dan Peserta Didik

23 Juli 2024   20:42 Diperbarui: 23 Juli 2024   22:12 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: literasiguru.com)

Fase E bagi Guru dan Peserta Didik 

Hari ini pertama kali saya berdinamika dalam pelajaran pendidikan agama katolik dan budi pekerti di kelas X SMK Swasta di Sleman Yogyakarta. Rasanya aneh karena terasa kemarin baru memasuki dan menyenangi kurikulum tiga belas (kurtilas), tiba-tiba banting stir dan belok kanan atau kiri menuju kurikulum merdeka. Guru harus memulainya dari awal lagi, agar dia benar-benar bertanggung jawab atas anak didiknya yang diperlakukan sebagai subjek pembelajaran, bukan sebagai objek uji coba kepintaran para pakar pendidikan untuk mengubah-ubah kurikulum (mungkin juga proyek, entah berapa nilainya).

Landasan Konseptual 

Ada enam fase pembelajaran menurut Kurikulum Merdeka, mulai dari Fase A hingga Fase E. Saya mencoba fokus pada Fase E, karena hari ini saya memakai metode itu. Sebagaimana yang dimaksud dalam kurikulum merdeka, kelas X  tergabung dalam fase E ini.

Apa itu konsep fase? Lalu apa itu Fase E? Konsep Fase dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah pendekatan pendidikan yang mengedepankan kebebasan setiap peserta didik untuk mengatur sendiri pilihan belajarnya. Guru berperan sebagai penggerak yang memotivasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian mereka tanpa adanya paksaan. (https://blog.indobot.co.id/pengertian-dan-konsep-fase-pembelajaran-kurikulum-merdeka/)

Sedangkan Fase E adalah fase yang diperuntukkan kelas 10, baik di tingkat SMA, SMK, atau sederajat. Di fase ini, peserta didik dituntut untuk bisa mengenali potensi serta bakatnya sebelum masuk ke tingkat kelas yang lebih tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan kewajiban setiap peserta didik untuk memilih minimal satu mata pelajaran Seni dan Prakarya. (https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/fase-kurikulum-merdeka/)

Pijakan Lebih Lanjut

Sebagai seorang guru yang bertanggung jawab pada peserta didik di Fase E dalam Kurikulum Merdeka, ada beberapa hal yang perlu diketahui, dimiliki, dan diterapkan untuk membantu peserta didik menjadi diri mereka yang merdeka dalam belajar, berpikir, dan bertindak. Pertama, Pemahaman mendalam tentang kurikulum merdeka. Pemahaman ini mencakup dua hal utama, yakni 1) Visi dan Misi: Mengerti visi dan misi Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk membentuk siswa yang kritis, kreatif, mandiri, dan memiliki karakter kuat. Dan 2) Struktur dan Isi Kurikulum: Memahami detail dari setiap mata pelajaran dan kompetensi yang harus dicapai di Fase E.

Kedua, Keterampilan Mengajar yang Adaptif melalui 1) Pendekatan Diferensiasi, yakni menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan, minat, dan gaya belajar setiap siswa. Dan 2) penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran, Guru menggunakan teknologi dan alat digital untuk memperkaya pengalaman belajar.

Ketiga, membangun lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung melalui 1) Fasilitasi diskusi terbuka. Guru mendorong diskusi terbuka di kelas di mana setiap siswa merasa aman untuk mengungkapkan pendapat dan ide-ide mereka. Dan 2) Pengembangan keterampilan sosial-emosional. Guru mengajarkan dan mempraktikkan keterampilan sosial-emosional seperti empati, kerjasama, dan resolusi konflik.

Keempat, penggunaan metode pembelajaran aktif melalui 1) pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Guru merancang proyek yang menantang dan relevan yang mengharuskan siswa untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan memecahkan masalah. Dan 2) Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning). Guru menggunakan masalah nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar konsep dan keterampilan.

Kelima, Melalukan evaluasi dan umpan balik yang berkelanjutan melalui 1) Penilaian Formatif. Guru menggunakan penilaian formatif secara rutin untuk mengukur pemahaman siswa dan menyesuaikan pengajaran berdasarkan hasil tersebut. Dan 2) Melalukan Umpan Balik Konstruktif. Guru emberikan umpan balik yang spesifik, konstruktif, dan mendukung pertumbuhan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun