Fase E bagi Guru dan Peserta DidikÂ
Hari ini pertama kali saya berdinamika dalam pelajaran pendidikan agama katolik dan budi pekerti di kelas X SMK Swasta di Sleman Yogyakarta. Rasanya aneh karena terasa kemarin baru memasuki dan menyenangi kurikulum tiga belas (kurtilas), tiba-tiba banting stir dan belok kanan atau kiri menuju kurikulum merdeka. Guru harus memulainya dari awal lagi, agar dia benar-benar bertanggung jawab atas anak didiknya yang diperlakukan sebagai subjek pembelajaran, bukan sebagai objek uji coba kepintaran para pakar pendidikan untuk mengubah-ubah kurikulum (mungkin juga proyek, entah berapa nilainya).
Landasan KonseptualÂ
Ada enam fase pembelajaran menurut Kurikulum Merdeka, mulai dari Fase A hingga Fase E. Saya mencoba fokus pada Fase E, karena hari ini saya memakai metode itu. Sebagaimana yang dimaksud dalam kurikulum merdeka, kelas X Â tergabung dalam fase E ini.
Apa itu konsep fase? Lalu apa itu Fase E? Konsep Fase dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah pendekatan pendidikan yang mengedepankan kebebasan setiap peserta didik untuk mengatur sendiri pilihan belajarnya. Guru berperan sebagai penggerak yang memotivasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian mereka tanpa adanya paksaan. (https://blog.indobot.co.id/pengertian-dan-konsep-fase-pembelajaran-kurikulum-merdeka/)
Sedangkan Fase E adalah fase yang diperuntukkan kelas 10, baik di tingkat SMA, SMK, atau sederajat. Di fase ini, peserta didik dituntut untuk bisa mengenali potensi serta bakatnya sebelum masuk ke tingkat kelas yang lebih tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan kewajiban setiap peserta didik untuk memilih minimal satu mata pelajaran Seni dan Prakarya. (https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/fase-kurikulum-merdeka/)
Pijakan Lebih Lanjut
Sebagai seorang guru yang bertanggung jawab pada peserta didik di Fase E dalam Kurikulum Merdeka, ada beberapa hal yang perlu diketahui, dimiliki, dan diterapkan untuk membantu peserta didik menjadi diri mereka yang merdeka dalam belajar, berpikir, dan bertindak. Pertama, Pemahaman mendalam tentang kurikulum merdeka. Pemahaman ini mencakup dua hal utama, yakni 1) Visi dan Misi: Mengerti visi dan misi Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk membentuk siswa yang kritis, kreatif, mandiri, dan memiliki karakter kuat. Dan 2) Struktur dan Isi Kurikulum: Memahami detail dari setiap mata pelajaran dan kompetensi yang harus dicapai di Fase E.
Kedua, Keterampilan Mengajar yang Adaptif melalui 1) Pendekatan Diferensiasi, yakni menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan, minat, dan gaya belajar setiap siswa. Dan 2) penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran, Guru menggunakan teknologi dan alat digital untuk memperkaya pengalaman belajar.
Ketiga, membangun lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung melalui 1) Fasilitasi diskusi terbuka. Guru mendorong diskusi terbuka di kelas di mana setiap siswa merasa aman untuk mengungkapkan pendapat dan ide-ide mereka. Dan 2) Pengembangan keterampilan sosial-emosional. Guru mengajarkan dan mempraktikkan keterampilan sosial-emosional seperti empati, kerjasama, dan resolusi konflik.
Keempat, penggunaan metode pembelajaran aktif melalui 1) pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Guru merancang proyek yang menantang dan relevan yang mengharuskan siswa untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan memecahkan masalah. Dan 2) Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning). Guru menggunakan masalah nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar konsep dan keterampilan.
Kelima, Melalukan evaluasi dan umpan balik yang berkelanjutan melalui 1) Penilaian Formatif. Guru menggunakan penilaian formatif secara rutin untuk mengukur pemahaman siswa dan menyesuaikan pengajaran berdasarkan hasil tersebut. Dan 2) Melalukan Umpan Balik Konstruktif. Guru emberikan umpan balik yang spesifik, konstruktif, dan mendukung pertumbuhan siswa.
Keenam, pengembangan diri dan profesionalisme melalui kolaborasi dengan rekan kerja. Bekerja sama dengan guru lain untuk berbagi ide, strategi, dan sumber daya, misalnya dengan sesama guru agama dari beberapa agama yang ada di sekolah itu. Ini juga menjadi bagian dari moderasi kerukunan beragama di kalangan siswa. Dan 2) melakukan upaya Pengembangan Profesional Berkelanjutan: Guru mengikuti pelatihan, workshop, atau seminar untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum merdeka.
Dan yang ketujuh, Guru menjadi teladan dan inspirasi bagi siswa melalui 1) integritas dan etika kerja. Guru menunjukkan sikap profesional, integritas, dan etika kerja yang tinggi. Dan 2) Menjadi guru yang menginspirasi dan memotivasi: Menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi siswa melalui antusiasme, dedikasi, dan komitmen terhadap pendidikan.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, Anda dapat membantu peserta didik di Fase E untuk mencapai potensi penuh mereka dan menjadi individu yang merdeka dalam belajar, berpikir, dan bertindak.
Saya berharap, kurikulum ini bisa bertahan lama paling kurang sampai satu atau dua generasi (sekarang siswa yang sedang belajar dengan kurikulum merdeka boleh mengantar anak atau cucu mereka untuk belajar dengan kurikulum yang sama) sehingga buahnya dapat terasa secara nasional. Kurikulum bukanlah sebuah proyek, tetapi sebuah pendekatan yang bisa menjadi sebuah kebudayaan dan milik bersama. Jika pemerintah mau mencapai Indonesia emas di tahun 2045, maka fokuskan saja pada kurikulum ini. Bangun prasarana dan sarana pendidikan yang memadai. Anggaran pendidikan ditingkatkan sembari memangkas anggaran lain yang bersifar egois seperti gaji dan tunjangan anggota dewan atau gaji komisaris perusahaan negara yang amat besar yang sering tidak sebanding dengan sumbangsih yang diberikan kepada negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI