Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sabtu Siang di Kedai Kopi

20 Juli 2024   14:14 Diperbarui: 20 Juli 2024   14:23 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

SABTU SIANG DI KEDAI KOPI

Pagi datang dengan secangkir semangat,
Di balik harapan yang tak pernah surut,
Terkubur dalam kesibukan yang melekat,
Ada mimpi yang terus menggelayut.

Di sebuah kedai kopi yang hangat di sudut kota, Sabtu siang selalu menjadi waktu yang dinanti oleh Arman. Di antara aroma kopi yang menggoda dan suara gemericik air, ia menemukan tempat yang tepat untuk menulis. Arman, seorang guru muda (guru tidak tetap/GTT) di sebuah SMA yang mengajar mata pelajaran matematika, memiliki hobi menulis sejak kecil. Namun, kesibukan sehari-hari membuatnya sulit menemukan waktu untuk menyalurkan hobinya.

Setiap Sabtu siang (hari libur mengajar), Arman datang ke kedai kopi itu, membawa laptop dan catatan kecil. Ia menulis cerita pendek, puisi, dan kadang-kadang artikel tentang kehidupan sehari-hari. Waktu terus berjalan, dan Arman menyadari bahwa menulis bukan sekadar hobi baginya. Menulis adalah caranya untuk melarikan diri dari rutinitas, mengungkapkan perasaannya, dan berbagi pandangan dengan dunia.

Lambat laun, tulisan-tulisan Arman mulai menarik perhatian pengunjung kedai kopi. Beberapa di antaranya bahkan meminta Arman untuk membacakan karyanya. Dari situ, muncul ide untuk mengadakan acara baca puisi dan cerpen setiap bulan. Dengan dukungan pemilik kedai kopi, Arman memulai kegiatan itu. Ia mengundang teman-temannya, dan mereka pun membawa teman-teman mereka. Kedai kopi yang awalnya sepi kini dipenuhi oleh para penikmat sastra.

Acara tersebut tak hanya membawa kegembiraan bagi Arman, tetapi juga memberikan inspirasi bagi orang lain. Banyak pengunjung yang mulai berani menulis dan membacakan karya mereka sendiri. Tak sedikit dari mereka yang merasakan manfaat terapi dari menulis dan mendengarkan cerita. Kedai kopi itu menjadi tempat berkumpulnya komunitas kreatif yang saling mendukung dan menginspirasi.

Hobi menulis yang awalnya hanya untuk kesenangan pribadi kini berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar. Arman merasa hidupnya lebih berarti dengan bisa berbagi dan menginspirasi orang lain. Di tengah rutinitas yang tak pernah berhenti, Sabtu siang di kedai kopi selalu menjadi waktu yang ditunggu-tunggu. Di situ, Arman menemukan semangat baru untuk terus berkarya dan membawa perubahan, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Namun, perjalanan Arman untuk tetap bertekun dalam hobinya tidaklah selalu mulus. Di awal-awal, saat ia mulai serius menulis dan membagikan karyanya, tidak sedikit teman-temannya yang meremehkan. "Ngapain repot-repot menulis, Man? Itu nggak bakal menghasilkan uang," kata seorang temannya suatu hari. Ejekan dan komentar sinis sering kali datang, membuat Arman merasa ragu dengan pilihannya. Ada saat-saat di mana ia hampir menyerah, merasa bahwa usahanya memang sia-sia.

Setiap kali keraguan itu datang, Arman selalu kembali pada alasan mengapa ia mulai menulis. Ia ingat betapa menulis memberikan kedamaian dan kebahagiaan yang tidak bisa ia dapatkan dari hal lain. Setiap kali ia melihat kembali karya-karyanya, ia merasa bangga dan termotivasi untuk terus menulis. Dukungan dari beberapa teman dekat dan keluarga serta para muridnya yang mulai suka membaca berbagai tulisannya juga menjadi penopang semangatnya. Mereka melihat potensi dalam dirinya dan selalu menyemangati Arman untuk tidak menyerah.

Selain itu, keberhasilan kecil seperti mendapatkan penggemar setia di kedai kopi dan melihat orang lain terinspirasi oleh karyanya menjadi dorongan besar bagi Arman. Ia belajar untuk tidak terlalu memikirkan ejekan dan komentar negatif. Ia lebih memilih fokus pada hal-hal positif yang bisa ia capai. Dengan tekad dan semangat yang kuat, Arman akhirnya mampu mengatasi semua hambatan dan terus berkarya. Meskipun jatuh bangun, Arman tetap teguh dalam hobinya, membuktikan bahwa passion yang dilandasi oleh ketekunan mampu mengatasi segala rintangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun