KUPAS BAWANG
#Cerpenlimaparagraf
Di sebuah desa kecil bernama Uluwatu, tinggal seorang wanita tua bernama Bu Borowoso. Beliau dikenal sebagai tukang "Kupas Bawang" di kalangan warga desa. Bu Borowoso memiliki kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan: mengupas setiap detail kehidupan orang-orang di sekitarnya. Setiap hari, di teras rumahnya yang sederhana, Bu Borowoso selalu dikelilingi oleh para tetangga yang penasaran dan haus akan gossip, mirip orang kota yang bikin gossip lewat aneka channel di televisi
Pada suatu hari, datanglah seorang pemuda bernama Atewaja ke desa itu. Atewaja adalah seorang pendatang yang misterius dan ramah. Dalam beberapa hari saja, Atewaja sudah menjadi bahan pembicaraan utama Bu Borowoso. Setiap gerak-gerik Atewaja diperhatikan dan dibahas hingga detail terkecil (siung terakhir). Mulai dari gaya berpakaiannya, hingga caranya tersenyum, semua dikupas habis oleh Bu Borowoso. Warga desa semakin terpikat dengan cerita-cerita yang disebarkan Bu Borowoso. Mereka merasa semakin dekat dengan Atewaja, meski sebagian besar dari mereka tidak pernah berbicara langsung dengannya bahkan bertemu dengan Atewaja.
Namun, tidak semua warga desa senang dengan perilaku Bu Borowoso. Ada seorang wanita tua lainnya, Bu Mesuate, yang merasa prihatin dengan kebiasaan buruk tersebut. Suatu hari, Bu Mesuate mengumpulkan keberanian dan mendatangi Bu Borowoso di teras rumahnya. " Borowoso, apa yang kamu lakukan ini tidak baik," kata Bu Mesuate dengan suara tegas. "Mengupas bawang sampai habis hanya akan membuat orang menangis. Kita harus menjaga perasaan orang lain, bukan malah merusaknya, apalagi kalau tidak pernah tahu tentang orang yang kita pergunjingkan."
Malam itu, sebuah kejadian yang mengubah segalanya terjadi. Atewaja, yang selama ini hanya diam dan sabar menghadapi gosip tentang dirinya, tiba-tiba berdiri di depan rumah Bu Borowoso. Di hadapan seluruh warga desa, Atewaja membuka kisah hidupnya yang sebenarnya. Ia bercerita tentang perjuangannya melawan penyakit yang mematikan, tentang kehilangan keluarganya, dan tentang harapannya menemukan kedamaian di desa ini. Warga desa terdiam, terpukul oleh kenyataan yang jauh berbeda dari gosip yang selama ini mereka nikmati.
Bu Borowoso, yang selama ini merasa bangga dengan "kemampuan" mengupas bawangnya, merasakan penyesalan yang mendalam. Ia menyadari bahwa setiap lapisan yang dikupasnya hanyalah bagian dari diri seseorang yang penuh dengan cerita dan perasaan. Mulai saat itu, Bu Borowoso memutuskan untuk berhenti mengupas bawang bersama para tetangga di teras rumahnya. Ia belajar untuk lebih menghargai dan memahami orang lain, tanpa perlu merusak atau menghakimi apalagi kalau tidak tahu sama sekali latar belakang seseorang. Desa Uluwatu pun perlahan berubah menjadi tempat yang lebih damai dan penuh empati, meninggalkan kebiasaan mengupas bawang yang telah lama menghantui mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H