Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi Selepas Magrib

22 Juni 2024   21:39 Diperbarui: 22 Juni 2024   21:39 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: food.detik.com)

Kopi Selepas Magrib

#Putibatentangkejujuran

Di kedai kecil, kopi dituangkan
Dalam gelas berembun, cerita bersambung
Rakyat duduk, berharap kejujuran
Janji pejabat, tak lagi mendengung

Di meja kayu, diskusi bergaung
Kejujuran kini mahal, kata-kata berkarat
Pejabat berlalu, meninggalkan bayang
Rakyat merindu teladan yang lekat

Selepas magrib, kopi tersisa
Harapan menggumpal di uap yang perlahan
Rakyat menginginkan, bukan janji semata
Teladan nyata dalam tindakan


Catatan kritis:

Saban hari kita disuguhkan oleh berita tentang pengangkapan pejabat publik oleh KPK atau Kejaksaan karena diduga terlibat korupsi. Bahkan ada yang sudah mengenakan rompi orange atau rompi merah sambil tetap tersenyum dan melambai-lambaikan tangan kepada para wartawan. Tanpa rasa malu sedikit pun di wajah para pejabat itu. Mereka seolah bangga karena boleh menjadi tersangka dan mengenakan pakaian kebesaran sebagai tersangka.

Pemandangan sebalikanya kita saksikan ketika ada pejabat di Jepang atau China yang ketahuan korupsi. Mereka bisa melakukan tindakan ekstrim: bunuh diri karena tak sanggup menanggung malu, juga sebagai bentuk tanggung jawab moral mereka kepada rakyat yang sudah percayakan jabatan itu kepada mereka.

Rakyat sebenarnya tidak banyak menuntut pejabatnya. Cukuplah bekerja dengan jujur, tanggung jawab, merasa cukup dengan gaji, bisa membedakan kepentingan umum dan kepentingan keluarga. Rakyat tidak membutuhkan pejabat yang jago bicara apalagi jago janji manis. Rakyat hanya butuh konsistensi dan kesesuaian antara kata dan tindakan. Rakyat butuh pejabat yang jujur dan tidak aji mumpung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun