Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopi Hangat Sehabis Hujan

13 Juni 2024   17:12 Diperbarui: 13 Juni 2024   17:12 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di warung pojok, menikmati kopi hangat sehabis hujan, terlihat pejabat berdasi, berjanji manis, namun tindak tanduknya tak berbeda pencuri.


Masyarakat permisif, biarkan korupsi merajalela, tahu ditindas, ditipu, tak berani melawan.
Ah, betapa pilunya, melihat negeri ini terpuruk dalam lumpur korupsi.

Di balik pahit kopi, terbersit harapan bahwa rakyat akan bangkit dan berjuang.
Di balik rasa pahit, ada rasa hangat yang memberi semangat, untuk negeri ini, untuk masa depan anak cucu kita. 

Yang jujur hanya kopi pahit. Janjinya tak pernah manis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun