Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menari di Tempurung Tuak

22 Mei 2024   13:01 Diperbarui: 22 Mei 2024   13:08 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: modemku.com)

Menari di Tempurung Tuak

Bolelebo tak bergema lama
Berganti kini dengan gemufamire
Mengaduk-aduk rasa bangga
Suka dan cinta flobamorata manise

Kepada siapa generasi kini
berkiblat mencari petuah leluhur
dalam olah tangkas caci, jai, etu, rokatenda, gawi
yang rukun dalam suku dan luluhkan ego diri
dalam rasa esa bergandengan tangan dalam damai
yang kini tinggal kenang lagi.
Bolelebo, bae sonde bae,
Bale nagi, gaja gora, mora sama
Maumere manise, satar meze
sejumput lagu rakyat yang meriuh
dalam tandak, jai, gawi dan dolo-dolo
bapegang tangan tiada jarak suku dan agama
meriang dalam cinta bersama tuak sebotol dan tempurung
keliling dari bibir ke bibir tanpa rasa jijik dan sinis
karena cinta pada petuah: makan sewati (piring dari ayaman lontar)
dan minum setempurung tuak.

Denting musik dan tawa
melebur dalam irama
kita basaudara di nusa flobamorata
dalam tenunan ragi (kain Bajawa) hangatkan
petuah leluhur: bersama tarian tempurung
yang terus berpindah tandaskan tuak adat
yang mengirama riang dalam jai dan gawi
rokatenda dan etu, caci dan dolo-dolo.

(sumber retizen.republika.co.id)
(sumber retizen.republika.co.id)

(Alfred B. Jogo Ena, pernah dimuat dalam buku
BUMI PEREDAM PRAHARA, Kosa Kata Kita)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun