SAHABAT DAN IDOLA DI MATA SISWA
Pagi ini, saya berkesempatan mengajar siswa kelas X Perhotelan dengan tema "Yesus, Sahabat dan Tokoh Idola." Sebelum masuk ke materi (yang akan didalami lebih lanjut pada Selasa depan), saya mengajak siswa untuk mendata nama-nama sahabat mereka. Saya meminta satu orang menuliskan nama 10 orang yang disebut sebagai sahabatnya.Â
Dari 10 nama, saya minta untuk coret 5 nama, lalu dicoret lagi hingga mereka yakin bahwa yang terakhir dan tersisa itulah sahabatnya. Saya biarkan mereka mengendapkan pilihan itu. Ada jeda untuk berpikir dan merasakan bahwa pilihan mereka kebetulan, tapi karena sudah terbangun bersama selama ini.Â
Seseorang dianggap sebagai sahabat karena dia berarti dalam hidup kita. Setelah itu, saya mengajak mereka masuk ke dalam pelajaran agama tentang Yesus sebagai tokoh dan sahabat idola.Â
Yesus, Sahabat dan Idola
Setelah anak mulai paham dengan makna sahabat, mereka diajak untuk melihat Yesus sebagai Sahabat mereka.Â
Yesus dianggap sebagai sahabat karena Dia selalu mendengarkan dan mencintai orang tanpa memandang latar belakang, sehingga seseorang merasa dihargai dan diterima. Di mata para siswa, Yesus dianggap sebagai sosok yang selalu memberi petuah dan membimbing mereka dalam menghadapi kehidupan, serta memberikan inspirasi dalam menegakkan nilai-nilai yang baik dan kebenaran.Â
Para siswa diajak untuk secara konkret melihat sosok sahabat yang aktual dalam hidup mereka. Kemudian mengajak melihat Yesus  sebagai sosok yang pantas untuk diteladani karena Dia menjunjung tinggi kasih sayang, keadilan, kebenaran, kesetiaan, dan ketulusan. Sifat-sifat mulia yang dimiliki Yesus menjadi panutan bagi para siswa untuk memperbaiki diri, dan menjadikan mereka sebagai pribadi yang lebih baik dan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Pemahaman yang sederhana dan artifisial tentang sosok sahabat membawa anak-anak untuk melihat (dan menanamkan keyakinan iman) bahwa Yesus  mengajarkan tentang pentingnya hidup berdamai dengan diri sendiri dan orang lain serta mengasihi sesama. Hal itu menginspirasi para siswa untuk membangun persahabatan dan menjalin hubungan baik dengan orang di sekitarnya dengan cara mereka sendiri, sesuai tingkatan umur dan pemaknaan mereka.Â
Dengan begitu, para siswa diajak untuk menanankan kesadaran imannya (dan terutama pengetahuannya) bahwa Yesus telah memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia dan menjadi teladan bagi banyak orang untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan mengasihi sesama.Â