Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Sahabat Kompasianer, perkenankan saya pagi ini menulis tentang kasih dan persaudaraan kita sebagai satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa berdasarkan inspirasi dari Yohanes 19:9-17, yang juga merupakan bacaan Injil dalam perayaan Ekaristi hari Minggu ini yang berlaku sama di seluruh Gereja Katolik di seluruh dunia.
Berikut kutipan lengkapnya,
15:9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 15:11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. 15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Dalam Yohanes 15:9-17 ini Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk saling mengasihi, sama seperti Dia telah mengasihi mereka. Dia juga mengangkat mereka dari status hamba menjadi sahabat, menunjukkan bahwa kasih dan persaudaraan bukan hanya tentang hubungan atasan-bawahan, tetapi juga tentang hubungan antara sahabat. Sebuah hubungan yang sederajat, hubungan yang menempatkan aku dan engkau pada kesetaraan, tanpa pembedaan kelas dan sekat-sekat sosial lainnya.
Dalam konteks persatuan dan kesatuan Indonesia, pesan dari bacaan ini sangat relevan. Indonesia adalah negara yang beragam, dengan ratusan suku, bahasa, dan budaya. Namun, meskipun berbeda-beda, semua warga Indonesia diharapkan untuk hidup dalam persatuan dan kesatuan, sama seperti yang diajarkan Yesus dalam Injil Yohanes yang saya kutipkan di atas.
Kasih dan persaudaraan harus menjadi fondasi dari persatuan dan kesatuan Indonesia. Meskipun ada perbedaan, semua warga Indonesia harus saling mengasihi dan menghargai satu sama lain, sama seperti Yesus telah mengasihi dan menghargai murid-murid-Nya. Mereka juga harus saling memperlakukan sebagai sahabat, bukan sebagai musuh atau saingan dengan alasan apapun yang tidak manusiawi, yang tidak menunjukkan bahwa kita ini sebuah bangsa besar yang bisa bersatu dalam keragaman. Keragaman di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan, sehingga siapapun tidak berhak untuk menafikan dan meniadakan yang lain
Bacaan ini juga menekankan bahwa persatuan dan kesatuan bukan hanya tentang menghindari konflik atau pertikaian. Sebaliknya, itu tentang membangun hubungan yang positif dan sehat, sehingga setiap orang merasa dihargai dan dihormati, dan mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama: Indonesia yang berkeadilan sosial.
Semoga, seperti yang Yesus perintahkan murid-muridnya untuk saling mengasihi, demikian pula setiap warga Indonesia diharapkan untuk berperan aktif dalam mempromosikan persatuan dan kesatuan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau elit politik, tetapi juga tanggung jawab semua warga Indonesia, sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.
Selamat hari Minggu. Mari berbangga kita sebagai bagian dari Indonesia dengan saling mengembangkan kasih dan persaudaraan dalam Kebhinekaan