"AMBIL UNTUNG DARI KEMATIAN" (1)
Sebuah Tanggapan Atas Seruan PausÂ
Oleh: Alfred B. Jogo EnaÂ
Judul di atas merupakan kata-kata Paus Fransiskus yang disampaikan kepada umat yang hadir dalam Audiensi Umum pada hari Rabu 30 April 2024 di Hall Paulus VI. Paus mengkritik investasi besar-besaran atas pabrik-pabrik senjata. Paus meminta agar umat Katolik berdoa bagi para korban perang. "Perang selalu merupakan kekalahan," tegas Paus. Paus juga memohon kepada umat yang hadir dan kepada seluruh dunia, "Let's ask for peace, let's ask for true peace for these peoples and for the whole world" (Mari kita berdoa bagi perdamaian, mari kita mohonkan perdamaian bagi mereka [korban perang di Ukraina, Palestina, Israel dan Myanmar] dan bagi seluruh dunia), seperti ditulis oleh Francesca Merlo dalam Vatican News, 1 Mei 2024).
Pernyataan Paus Fransiskus tentang industri senjata yang "mengambil untung dari kematian" mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak negatif dari produksi senjata terhadap kemanusiaan. Dalam pandangan Gereja Katolik, kehidupan manusia memiliki nilai yang tak ternilai, dan penggunaan senjata yang diciptakan untuk membunuh atau menyebabkan kerusakan serius bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Paus menyadari bahwa industri senjata sering kali didorong oleh kepentingan finansial. Keuntungan atau profitabilitas diukur oleh penjualan senjata, bahkan jika itu berarti mengorbankan kehidupan manusia. (Kita bisa googling berapa biaya pertahanan dan keamanan --termasuk didalamnya pembuatan sejata- setiap negara). Paus menyoroti paradoks moral dengan mengutamakan keuntungan yang diperoleh dari penderitaan dan kehilangan jiwa, dan ia menyerukan kepada komunitas internasional untuk berpikir kritis tentang etika produksi senjata.
Pernyataan Paus juga mencerminkan kekhawatiran terhadap ketidakseimbangan kekuasaan yang diciptakan oleh industri senjata. Ketika negara atau kelompok tertentu memiliki akses lebih besar terhadap senjata daripada yang lain, hal ini dapat menghasilkan konflik yang lebih besar dan memperburuk ketidakstabilan global. Selain itu, penjualan senjata kepada pihak-pihak yang mungkin menyalahgunakannya dapat memperburuk konflik dan mengancam perdamaian dunia. Tentu kita bisa melihat banyak contoh di sekitar terdekat maupun di belahan dunia lain bahwa nyawa sesama begitu murah di ujung senjata. Solusi termudah menyelesaikan masalah adalah dengan menlenyapkan yang lain. Sungguh, sesame seperti binatang di penjagalan yang disembelih tanpa rasa peduli, tanpa simpati apalagi empati. Maka, dengan mengecam industri senjata yang berorientasi pada keuntungan, Paus mendorong upaya bersama untuk mengurangi peredaran senjata dan mempromosikan perdamaian di dunia.
Saya kira, lebih dari sekadar kritik terhadap industri senjata, pernyataan Paus juga merupakan panggilan kepada umat manusia untuk lebih menghargai kehidupan dan martabat manusia. Dengan menekankan bahwa industri senjata "mengambil untung dari kematian," Paus mengajak kita untuk merenungkan tentang nilai-nilai moral yang mendasari aktivitas ekonomi dan politik kita. Hal ini menegaskan perlunya mengubah paradigma dari orientasi pada keuntungan finansial semata menuju pemenuhan kebutuhan manusia dan pencarian perdamaian universal. (bersambung ke tulisan ke 2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H