GIVE UNCONDITIONALLY (Tidak Memberikan Prasyarat Apapun)
 Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Â
"Persahabatan yang sehat sesungguh berjalan seriring dalam kebebasan dan rasa hormat satu sama lain" (ABJE).
Penting untuk diketahui....
Erich Fromm pernah menulis, cinta tak bersyarat berhubungan langsung dengan kerinduan yang paling dalam, bukan hanya kerinduan pada anak tetapi kerinduan pada setiap manusia; sebaliknya, dicintai karena kepantasan diri atau karena berhak menerima cinta selalu menimbulkan keraguan; mungkin saya tak dapat membahagiakan orang yang ingin mencintai saya. Atau mungkin, selalu ada rasa cemas jangan-jangan suatu waktu cinta akan lenyap.Â
Selain itu, cinta yang didapat karena kepantasan mudah meninggalkan rasa getir dalam kesan: Orang dicintai bukan karena dirinya, tetapi karena kemampuannya membuat orang lain senang. Ini bukan cinta, melainkan manipulasi.
Hanya cinta tak bersyarat yang dapat memperluas perkembangan jiwa manusia, yang dapat mengaktualisasikan potensi manusia untuk berkembang sehingga dapat merangkul hidup secara penuh. Cinta boleh menuntut banyak, tetapi jangan menuntut kita menjadi keset pintu hanya untuk mendapatkan perdamaian semu. Permberian cinta yang utama adalah diri yang utuh dan diberikan dengan tulus melalui pengungkapan diri yang jujur dan utuh. (John Powell, SJ).
Ingatlah...mencintai merupakan pengalaman personal yang hanya dapat dimiliki oleh dan untuk orang yang bersangkutan. Sebenarnya hampir tidak ada orang yang belum pernah mengalaminya, setidaknya dalam bentuk yang sederhana, entah sebagai seorang anak, pemuda atau orang dewasa. Dan salah satu fungsi mencintai adalah menjauhkan seseorang dari perasaan ketakutan. Dengan mencintai seorang anak, kita membuat dia merasa berarti dan hidup. Dengan mencintai seorang istri atau suami, kita membuat suami-istri merasa bermakna dan utuh sebagai seorang pria atau wanita. Dengan mencintai seorang sahabat, kita membuat dia merasa kehadirannya dihargai, dihormati dan didukung. Dengan mencintai kita membiarkan segala sesuatu bertumbuh dan berkembang secara indah, harmonis dan langgeng. Dengan mencintai kita membiarkan sisi-sisi kekerasan, penindasan, intimidasi, teroris menjauh dari kehidupan ini. Dan....dengan mencintai kita bisa bertumbuh secara bersama-sama, sederajat dan semartabat, tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih baik, tidak ada yang lebih rendah atau lebih jelek. Semuanya sama. Itulah makna cinta. Itulah makna sahabat. (abje)
Penting untuk direnungkan....
Keberhasilan suatu persahabatan terletak dan sekaligus ditentukan oleh kedua belah pihak yang menjalin relasi tersebut. Pada saat Anda menyadari bahwa Anda bertanggung jawab penuh atas persahabatan Anda secara sepihak, dan Anda tidak menemukan alasan apa pun untuk menyalahkan sahabat Anda, saat itulah Anda menemukan jalan Anda sendiri.Â
Pada saat Anda menemukan jalan sendiri dalam proses relasi persahabatan Anda sebenarnya telah "mematikan" persahabatan itu sendiri. Jika persahabatan telah mulai Anda matikan, maka biasanya Anda mulai memberikan batasan-batasan atau kondisi-kondisi tertentu dalam proses relasi itu. Akibatnya relasi persahabatan Anda bukan lagi berjalan beriringan tetapi berjalan searah. Andalah yang mengendalikannya.
Padahal, persahabatan yang saling mengendalikan sesungguhnya cepat atau lambat akan menyebabkan matinya persahabatan itu. Persahabatan yang sehat sesungguhnya berjalan seriring dalam kebebasan dan rasa hormat satu sama lain. Dalam relasi persahabatan tidak ada prasyarat apapun yang mewajibkan salah satu pihak untuk menjalani dan pihak lain mengawasi.
Seorang sahabat adalah kekuatan atau "roh" bagi sahabatnya. Kekuatan itu muncul manakala seorang sahabat merasa terisolasi dari hidupnya, terisolasi dari relasinya dengan sesama. Sahabat bak "tongkat ajaib" menjadi pegangan untuk menyeberangi sebuah titian. Ya ada aneka titian yang harus dilewati bersama sahabat, berupa waktu dan kesempatan, berupa pikiran dan hati, berupa tenaga dan materi, dll. (Silahkan mengidentifikasi aneka titian persahabatan Anda). (abje)