Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Hujan deras merampas mimpi,
bagai demokrasi yang seenak hati,
tanpa peduli cita-cita para pendiri.
Dalam gelap dan dingin, harapan terendam,
suara lemah menetes di emperan.
Demokrasi layaknya hujan,
seharusnya memberi kehidupan,
bukan merampas hasrat.
Saat kekuasaan dibutakan ambisi,
ia jadi badai yang menghancurkan segala.
Mimpi-mimpi terendam, suara-suara tenggelam,
dalam lautan kebencian dan kemarahan.
Hujan merampas mimpi,
gambaran demokrasi yang seenak hati.
Haruskah kita terus diam,
sementara keadilan dan kebenaran dikhianati?
Mari bangkit, bersuara, dan lawan!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!