Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf)
Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Sudah tiga hari tukang datang setelah pukul delapan lewat. Meski sudah telat, mereka masih arisan asap dan ngobrol. Tetapi ketika mandor datang, mereka langsung bergegas memegang peralatan tukang dan mulai sibuk. Pekerjaan yang seharusnya hanya seminggu nampaknya akan molor banyak. Tapi biarlah itu urusan mandornya. Toh pembayaran sudah lunas sejak awal. Karena dalam perjanjian, pembayaran lunas di awal, pekerjaan akan dilakukan hanya dalam waktu satu minggu. Selebihnya menjadi tanggung jawab mandor.
Pukul 10.00 pagi mereka akan minum sambal arisan asap aneka merek. Bekerja hanya sebentar. Setengah duabelas mereka sudah bergegas untuk istirahat, sholat dan makan sampai pukul tiga belas siang. Lalu lanjut bekerja sebentar, pukul setengah tiga mereka mulai membersihkan peralatan tukang dan siap-siap pulang. Jika ada mandor sampai pukul tiga lewat mereka masih terus bekerja.
Pak Tedy mohon tanda tangan ganti rugi akibat pengerjaan kamar yang tidak tepat waktu. Sesuai dengan kesepakatan di awal, Pak Tedy wajib mengembalikan dua kali lipat dari total pelunasan sebelum diawal kontrak. Demikian bunyi surat yang diantar oleh sopir Pak Tegar sang pemilik rumah. Mendapat tamparan di siang bolong lewat surat itu, Tedy segera menuju lokasi proyek dan melihat sendiri hasil kerja karyawanya. Karena ulah karyawan yang korupsi waktu, maunya untung malah buntung. "Bereskan barang kalian dan pergi, gaji bulan ini untuk bayar TMK (tunggakan molor kerja) kalian," kata Tedy gusar pada tukang-tukangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H