Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Sisi dari Sekeping "Jogetin Aja"

8 April 2024   13:45 Diperbarui: 11 April 2024   08:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Hiruk pikuk pesta demokrasi resmi berakhir pada 14 Februari 2024 lalu ketika pilpres dan pileg serentak dilakukan. Kala itu masyarakat menentukan pilihannya secara "rahasia" di bilik suara. Hasilnya juga kita sudah tahu ketika KPU mengumumkan bahwa pemenangnya adalah pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dengan total 96.214.691 suara (atau 58,6% dengan keunggulan di 36 propinsi). Pasangan ini mengalahkan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang meraih 40.971.906 suara dan pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud Md yang meraih 27.040.878 suara. Namun kini bukan hasil rekapitulasi KPU yang dipakai, karena harus menunggu keputusan MK setelah ada laporan sengketa hasil pemilu. Saat ini kita sedang menantikan hasilnya.

Dalam tulisan kali ini kita berusaha membaca makna "Jogetin Aja" sebagai sebuah fenomena menarik yang terjadi selama masa kampanye yang berlangsung hampir tiga bulan, mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Pesta demokrasi yang dihayati oleh paslon yang akhirnya memenangi konstestasi melalui slogan "jogetin aja" amat menarik untuk dikaji. Sebagai seorang editor yang sekian lama berkecimpung dengan aneka tulisan dalam berbagai tema, saya merasa tertarik untuk "mengulik" fenomena "jogetin aja" ini.  

Istilah "jogetin aja" dalam konteks ini bisa diartikan sebagai ajakan untuk bertindak atau melakukan sesuatu tanpa terlalu banyak berpikir atau merasa khawatir tentang hasilnya. Ini adalah ungkapan yang mengajak kita untuk lebih berani, proaktif dan positif dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal partisipasi dan kepedulian sosial. Ada beberapa aspek yang bisa kita ulas lebih lanjut sehubungan dengan "jogetin aja" ini, baik secara positif maupun negatif.

Jogetin Aja Secara Positif

Secara psikologis, "Jogetin aja" bisa diartikan sebagai suatu sikap optimisme dan keberanian untuk mengambil risiko. Hal ini berkaitan dengan konsep "self-efficacy" dalam psikologi, yang merujuk pada keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk mencapai tujuan atau melakukan tugas tertentu. Orang dengan self-efficacy tinggi cenderung lebih berani mengambil tindakan dan mengatasi tantangan yang dihadapi. (bdk. https://www.universitaspsikologi.com)

Secara sosiologis, "Jogetin aja" bisa dilihat sebagai bagian dari budaya dan norma sosial yang mendorong partisipasi aktif dalam masyarakat. Ungkapan ini mengajak kita untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor dalam berbagai isu sosial. 

Dalam konteks ini, "jogetin aja" bisa menjadi dorongan untuk lebih peduli terhadap isu-isu sosial dan berpartisipasi dalam upaya penyelesaiannya. Masyarakat akan melibatkan sekaligus mengklaim dirinya sebagai bagian dari kebersamaan. Pesta demokrasi ada pesta bersama yang perlu dirayakan bersama. Bukankah itu semakin menegaskan makna demokrasi yakni dari, oleh dan untuk rakyat?

Secara politis, "Jogetin aja" bisa dilihat sebagai ajakan untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi dan pemerintahan. Ini bisa berarti menggunakan hak pilih di pemilu, berpartisipasi dalam diskusi publik, atau bahkan berlomba untuk posisi politik. Istilah ini menekankan pentingnya partisipasi aktif warga negara dalam proses politik. 

Orang menggunakan hak konstitusionalnya untuk berpatisipasi aktif dalam seluruh proses demokrasi. Kedengarannya keren, partisipasi, terlibat langsung sebagai pemain bukan penonton atau sekadar komentator.

Kemudian, secara relasi sosial: "Jogetin aja" bisa dilihat sebagai ajakan untuk lebih terbuka dan berani dalam membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Ini bisa melibatkan berbagai hal, mulai dari mengajak orang lain untuk berdiskusi tentang isu-isu penting, hingga berani mengambil inisiatif untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

Singkatnya, "jogetin aja" merupakan ungkapan yang mengajak kita untuk menjadi lebih berani, proaktif, dan positif dalam berbagai aspek kehidupan, terutama untuk berpartisipasi dan peduli dalam kehidupan demokrasi.

Jogetin Aja Secara Negatif

Mari kita coba melihat sisi lain dari prinsip "Jogetin aja". Prinsip "jogetin aja" merujuk pada sikap acuh tak acuh terhadap aturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Ini adalah sikap yang mengejar kesenangan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain atau masyarakat secara keseluruhan. 

Kepada masyarakat seolah dipertontonkan sebuah sikap yang "menggampangkan" persoalan. Apapun masalahnya, apapun kritiknya jawabannya cukup "jogetin aja".

Prinsip "Jogetin aja" ini bertentangan dengan konsep keadaban publik dan tanggung jawab sosial karena beberapa alasan. 

  • "Jogetin aja" mengabaikan norma sosial. Prinsip ini mendorong individu untuk mengabaikan norma dan aturan sosial yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Padahal, norma dan aturan ini dibuat untuk menjaga ketertiban dan keseimbangan dalam masyarakat.
  • Egois: Prinsip ini mengedepankan kepentingan dan kesenangan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain. Sikap egois ini dapat merusak hubungan antar individu dalam masyarakat.
  • Mengabaikan Tanggung Jawab: Prinsip ini juga mengabaikan konsep tanggung jawab sosial, yang merupakan kewajiban setiap individu untuk berkontribusi dalam memajukan masyarakat. Dengan hanya fokus pada kesenangan pribadi, individu dapat mengabaikan kewajibannya untuk membantu orang lain atau berkontribusi pada masyarakat.
  • Membuat Ketidakstabilan: Jika banyak individu yang mengikuti prinsip ini, akan ada ketidakstabilan dalam masyarakat. Ini karena setiap orang akan berusaha mencapai kepentingan pribadinya tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain atau masyarakat secara keseluruhan.
  • Menurunkan Kualitas Kehidupan: Prinsip ini dapat menurunkan kualitas kehidupan dalam masyarakat. Jika setiap orang hanya mementingkan diri sendiri dan mengabaikan tanggung jawabnya, hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas layanan publik, peningkatan tindak kriminal, dan berbagai masalah sosial lainnya.

Dalam "selembar" demokrasi prinsip jogetin aja yang terlalu permisif dapat mengakibatkan apatisme yang berlebihan, banyak akan dianggap remeh, bisa diselesaikan cukup dengan joget ("ah itu mudah, yang penting happya dulu")

Yogyakarta, 9 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun