Mohon tunggu...
Alfred Alosius
Alfred Alosius Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris, Alumni SM3T V UNC, Alumni PPG SM3T Tahun 2017

I am a Teacher and I love to teach.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tentang Praktik Baik

21 Februari 2023   12:01 Diperbarui: 21 Februari 2023   14:14 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana di kelas saat peserta didik mengakses web padlet (dok. pribadi)

Dalam sebuah kesempatan, saya melakukan kegiatan pembelajarn di salah satu kelas pada kelas XI tentang materi Caption (teks penyerta gambar). Indikator capaian pembelajaran pada materi tersebut adalah diakhir pembelajaran, peserta didik mampu menulis teks berbentuk caption (penyerta gambar) sederhana dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan fungsi sosial dari teks tersebut. Tentunya untuk bisa menulis/membuat caption sederhana, peserta didik harus memahami teks tersebut terlebih dahulu. Kemudian, selain memahami teks, peserta didik harus memiliki kosakata yang cukup sehingga mampu memproduksi teks berbentuk caption (penyerta gambar) tersebut.

Melihat keterbatasan peserta didik dalam menulis teks penyerta gambar tersebut, saya menerapkan sebuah metode dengan cara meminta peserta didik memosting sebuah gambar (foto dirinya atau gambar lain yang dianggap menarik oleh peserta didik) di media sosialnya. Menurut saya, ini adalah cara yang efektif karena peserta didik memiliki gawai dan juga akun media sosial. Saya memberikan tenggang waktu selama satu minggu dengan ketentuan, setiap peserta didik wajib memosting satu jenis gambar dengan teks penyerta yang menarik. Peserta didik yang sudah memosting foto dan caption nya di media sosial harus mengirimkan linknya ataupun di foto layarnya ke group Whatsapp Kelas. Peserta didik yang mendapatkan "suka" terbanyak pada postingannya akan diberi hadiah.

Selama proses itu, saya jarang bahkan tidak mendapati peserta didik melakukan itu bahkan ada kelas yang sama sekali tidak melakukan apapun. Saya mencari solusi dengan melakukan diskusi bersama beberapa teman terkait hal yang saya alami. Beberapa teman menyarankan kepada saya beberapa strategi yang sekiranya bisa membantu permasalahan ini. Hal ini tentunya tidak menjadi patokan/tolak ukur bagi saya. Berdasarkan situasi tersebut, saya melakukan beberapa percobaan kecil dengan cara mewawancarai peserta didik. Saya membuat sebuah angket sederhana tentang kebiasaan peserta didik di rumah maupun di sekolah terkait kegiatan belajar maupun kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh peserta didik. Angket tersebut di isi oleh peserta didik dengan bantuan saya sebagai fasilitator.

Dari hasil observasi sederhana yang dilakukan, ditemukan beberapa hal: 1. Kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan tidak membuat peserta didik merasa tertantang untuk belajar. 2. Penggunaan media pembelajaran di kelas tidak mencakup apa yang menjadi kebiasaan peserta didik. 3. Metode pembelajaran yang di terapkan dikelas Sebagian besar telah diterapkan oleh guru mata pelajarann lain sehingga terkesan monoton dan juga tidak ada hal baru untuk dipelajari. 4. Beberpa peserta didik merasa bosan jika pembelajaran selalu berada dalam ruangan. 5. Ada peserta didik yang tidak memiliki gawai(handphone) dan juga akun media social, sehingga tantangan-tantagan yang telah diberikan tidak bisa dilakukan oleh oleh peserta didik. 6. Ada peserta didik yang memiliki gawai( handphone) dan juga memiliki akun media sosial tetapi tidak memilki paket data yang cukup sehingga tidak bisa mengakses. 7. Peserta didik merasa bosan akan penggunaan media sosial sebagai sarana belajar. 8. Kurangnya kosakat dari peserta didik sehingga minim untuk memproduksi kata-kata dalam membuat Caption.  Hal-hal tersebut mempengaruhi saya sebagai pendidik untuk sanggup mencari dan menemukan solusi yang mumpuni, sehingga peserta didik mampu atau dapat mengakses pembelajaran dengan baik.

Sebagai seorang pendidik, selain observasi yang dilakukan, saya mengakses beberapa informasi terkait penggunaan dan penerapan metode yang bervariasi di google maupun di channel youtube. Saya juga mengikuti beberapa lokakarya online yang diselenggarakan oleh beberapa narasumber terkait pemilihan dan penggunaan media belajar di kelas. Berbagi informasi dengan sesama teman yang memiliki disiplin ilmu yang sama dari sekolah lain. Beberapa metode di terapkan sebagai bentuk inovasi, sembari mencoba untuk menemukan hal baru yang lain yang bisa membantu peserta didik untuk mengatasi hal-hal yang telah disebutkan di atas. 

Salah satu model pembelajaran yang diterapkan adalah Model pembelajaran ASSURE dengan media Padlet. Model Assure merupakan model pemebelajaran yang dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Padlet merupakan sebah platform berbasis web sebagai tempat atau wadah untuk berbagi informasi dalam bentuk catatan (text), gambar (photo), tautan (link), video, dll yang disebut dinding (wall). Padlet digunakan sebagai media dalam model pembelajaran ini karena: 1. Padlet dapat diakses oleh semua peserta didik tanpa harus memiliki akun. 2. Padlet dapat diakses oleh peserta didik tanpa harus memiliki gawai (handphone) tersendiri, sehingga peserta didik yang tidak memiliki gawai ataupun media sosial bisa mengakses menggunakan milik temannya. 3. Padlet dapat diakses tanpa harus menginstal aplikasi terlebih dahulu seperti akun media sosial lainnya. 4. Melalui padlet, peserta didik dapat menyampaikan dan membagikan informasi berupa ide atau gagasan dan pemikiran baik dalam bentuk teks, foto maupun video. 5. Pendidik sebagai admin dengan mudah dapat melakukan pengontrolan melalui notifikasi jika menerima tugas dari peserta didik. 6. Tersedia versi gratisnya. 7. Padlet juga bisa berfungsi sebagai papan tulis secara online. 8. Peserta didik bisa memberikan komentar pada postingan temannya maupun memberi tanda "suka"

Dengan menggunakan media padlet, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Peserta didik merasa tertantang untuk membuat postingan karena hal yang dipelajari bukan saja tentang bagaiaman membuat Caption (teks penyerta gambar) tetapi peserta didik juga bisa belajar bagaimana menggunakan teknologi dalam belajar. Penggunaan padlet dalam pembelajaran juga menghasilkan dampak yang positif dalam meningkatkan ketrampilan pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Antusias peserta didik begitu tinggi. Hal ini dapat diukur melalui hasil kerja peserta didik dan juga pantauan guru sebagai admin pada akun padlet.

Berawal dari sebuah masalah dikelas hingga penerapan praktik baik yang dilakukan, memberi padangan tentang beberapa hal bahwa, pembelajaran pada hakekatnya adalah menciptakan suasana agar peserta didik dapat belajar. Oleh karena itu, peranan guru dalam menciptakan suasana yang baik agar peserta didik dapat belajar dengan adalah faktor yang sangat penting. Selain itu, guru harus mampu memfasilitasi peserta didiknya agar apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran itu dapat tercapai. Dalam proses pembelajaran dikelas, hal yang paling penting adalah kesiapan.  Kesiapan seorang guru dalam mengelola kelas, kesiapan seorang guru dalam merancang pembelajaran sehingga proses belajar dikelas menjadi efektif.

Dalam pembelajaran Bahasa inggris, peserta didik bukan hanya harus bisa berkomunikasi baik secara lisa maupun tulisan. Tetapi lebih dari itu peserta didik juga harus memiliki motivasi dan sikap yang baik dalam belajar sehingga terciptanya hasil belajar yang bukan hanya berilmu tetapi juga berkarakter. Tentu hal ini menjadi tantangan bagi seorang guru untuk mampu merancang ataupun mendesain kelasnya agar benar-benar menjadi kelas yang hidup. Guru juga harus mampu memahami peserta didiknya sehingga motivasi-motivasi yang diberikan oleh guru mampu menjawab kebutuhan perserta didik itu dalam belajar. Upaya-upaya guru dalam memberikan motivasi bukan hanya tentang bagaimana memberi penguatan dalam proses pembelajaran, tetapi juga bagaimana guru merancang pembelajaran yang menyenangkan sehingga menimbulkan motivasi dan rasa ingin tahu dari peserta didik itu sendiri.

Guru dalam memilih model dan juga metode pembelajaran haruslah mempertimbangkan beberapa aspek seperti: karakteristik peserta didik dalam hal ini gaya belajarnya, kesesuaian materi dan model/metode yang akan diterapkan serta alat pendukung atau sumber belajar lain yang relevan yang mampu mempengaruhi peserta didik untuk belajar. Dengan kata lain, penerapan pembelajaran berdiferensiasi sangatlah penting. Penggunaan teknologi pada kegiatan pembelajaran juga menjadi salah satu hal yang penting, sehingga mengadopsi teknologi untuk dijadikan sebagai alat ajar adalah hal yang wajar. Ikan tidak bisa memanjat pohon, burungpun tak bisa hidup di dalam air, siput tidak bisa berjalan dengan cepat, maka biarkan mereka mencapai tujuannya dengan caranya masing-masing.

"Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan" - Ki Hajar Dewantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun