Jumlah Halaman: 512
Refleksi Pribadi: Membuka Mata terhadap Kebaikan Manusia
Ketika baru memulai membaca Humankind, saya merasa skeptis. 'Jika benar manusia itu baik, mengapa begitu banyak tragedi yang mencerminkan sebaliknya?' Saya jadi teringat Perang Dunia, Holocaust, konflik Israel-Palestina yang terus berkepanjangan, hingga tragedi di Indonesia sendiri seperti G30S. Namun, semakin saya menyelami halaman demi halaman, saya mulai menyadari: apakah saya telah mengabaikan kisah-kisah kebaikan yang tersembunyi di balik kekacauan? Buku ini mengajak saya untuk membuka mata dan hati terhadap sisi manusia yang jarang dibicarakan---sisi yang penuh harapan dan empati.
Bregman dengan cerdas menunjukkan bahwa meskipun sisi gelap manusia tak bisa disangkal, kebaikan lebih dominan daripada yang sering kita dengar dan menjadi sifat dasar alami manusia itu sendiri. Ia menyoroti bagaimana media dan narasi sejarah cenderung memperbesar keburukan, sementara kebaikan manusia sering terabaikan. Sebuah contoh yang menggugah adalah kisah truce atau gencatan senjata informal antara tentara Jerman dan Sekutu saat Perang Dunia I. Para prajurit dari kedua belah pihak saling bertukar hadiah, bermain bola, dan berbagi cerita. Namun, kisah seperti ini jarang menjadi narasi utama sejarah.
Kisah ini mengingatkan saya pada tindakan pengampunan luar biasa yang dilakukan Paus Yohanes Paulus II kepada pria yang mencoba membunuhnya, Mehmet Ali Agca. Meski kisah ini tidak ada dalam buku, pemikiran Bregman seolah menegaskan bahwa kebaikan, pengampunan, dan dialog adalah jalan untuk menyembuhkan luka kemanusiaan.
Kelebihan Buku
1. Pendekatan Sejarah dan Berbagai Disiplin Ilmu yang Mendalam
Bregman memadukan data sejarah dengan analisis psikologi, sosiologi, dan antropologi, membuat argumennya terasa kredibel. Kisah seperti anak-anak Tonga atau reinterpretasi eksperimen Milgram membuktikan bahwa kebaikan manusia sering kali terabaikan.
2. Narasi yang Mengalir dan Inspiratif
Gaya penulisan Bregman mudah dipahami, bahkan saat membahas topik kompleks. Kisah-kisah nyata yang ia angkat menginspirasi sekaligus memunculkan harapan.
3. Optimisme yang Mengubah Perspektif