Mohon tunggu...
Alfonsus BayuSetyawan
Alfonsus BayuSetyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat berpikir dan mengembangkan sikap serta mentalitas yang baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gendar Gender Matamu!

5 April 2021   14:44 Diperbarui: 5 April 2021   14:47 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Twitter adalah salah satu media sosial yang menurut saya banyak orang-orang sok asik. Cuitannya banyak yang tidak orisinil, ngambil dari topik atau kesimpulan di youtube atau platform lain lalu mengubahnya jadi bentuk kalimat seolah-olah itu adalah pemikiran asli miliknya. Salah satunya kemarin saya habis nonton video nya UUS yang lagi ngobrol sama Baskara di channel youtube nya UUS. Waktu itu Baskara sempet ngomongin tentang tiap orang itu nggak selalu punya energi untuk bales whatsapp walaupun dia lagi buka instagram. Nah kebetulan malemnya liat di twitter ada yang ngetwit soal hal yang sama dan jam dia ngetwit itu beberapa jam setelah videonya UUS di upload di youtube. Wah terlihat orisinil dan asli pemikirannya kan?

Tapi bukan itu yang dibahas. Yang mau saya bahas adalah permasalahan-permasalahan dasar kehidupan yang dibuat thread sok kritis. Contohnya adalah kemarin ada yang bikin thread soal cowok itu harus mau nyuci piring dan nyuci baju biar setara sehingga nggak cuma cewek yang disuruh-suruh nyuci. Dengan kemungkinan untuk terlihat pandai dan keren dia menyebut tugas mencuci piring dan baju sebagai tugas domestik. Nggak masalah sih, tapi yang jadi masalah adalah kenapa harus dibahas dengan pemikiran yang mendalam? Apakah itu topik yang tepat untuk mengangkat isu kesetaraan gender? Kayak nggak ada yang lebih berbobot dan mantep aja. Lagipula soal cuci mencuci itu udah diajarin ke kita dari kecil dengan tujuan lebih disiplin. Habis makan dicuci, habis minum dicuci, baju dicuci sendiri, nggak mandang cowok atau cewek. Kalaupun ada yang nggak bisa dan nggak mau nyuci ya berarti mereka dari lahir udah kaya, yang nyuci baju mereka ya pembantu. Jadi nggak usah lagi menghubungkan apapun dengan gender, semua itu balik ke diri sendiri, mau melakukan atau tidak, disiplin atau tidak. Kalau sebagai manusia modern sih harusnya udah nggak nyalahin sesuatu itu sebagai tugas cowok atau cewek. Manusia modern tau tanggung jawabnya. Mr. Bean aja nyuci bajunya sendiri.

Ada lagi orang-orang yang suka ngomel soal jabatan di kantor dan soal kesetaraan di pernikahan. Yang pertama yaitu soal jabatan di kantor. Beberapa jabatan di kantor atau perusahaan memang harus ditepati oleh orang=orang dengan kualifikasi tertentu. Sehingga pemilihan orang serta promosi jabatannya pun harusnya dilakukan dengan serius. Lalu beberapa orang yang mungkin gagal naik jabatan ini curhat di medsos karena gagal naik jabatannya. Alasannya karena bosnya memilih orang yang naik jabatan dengan alasan karena cowok. Terus mereka curhat ke medsos. Lah, apa gunanya curhat di medsos kalo gitu? Kalau semisal memang pengen mengejar jabatan dan merasa layak ya harusnya dikejar. Pakai argumen-argumen untuk membantah omongan bos atau bisa dengan membuktikan dengan kinerja yang bagus. Di medsos berlagak keras mengusahakan kesetaraan tapi pada kenyataannya tunduk dan tidak melawan. Action lah, ngapain bacot di medsos, perjuangan semu kalo kata Pandji. Tindakanmu 0 di dunia nyata. Fix caper tok di sosmed. Ada lagi yang suka bikin saya sebel. Orang=orang ini selalu koar=koar soal kesetaraan gender di dalam keluarga. Ini lah penyebab banyaknya pernikahan yang gagal. Apakah orang-orang ini tidak pernah memikirkan soal konsep keseimbangan? Sepertinya belum pernah. Orang-orang ini selalu bilang kalo cowok itu harus kerja, cewek itu ngurus rumah, nafkah itu dari laki-laki, cewek itu ngurus suami. Kalau ada yang berpikiran seperti itu tapi hidupnya bahagia ya monggo. Tapi kan tidak semua seperti itu. Kadang ada juga laki-laki yang apes gabisa nafkahi dan lain-lain. Tapi nih tapi apa iya orang itu menikah gara-gara uang dan tabungan pasangannya? Kadang iya sih kalo di indonesia, menikah karena hidup aman dan mapan bukan karena cinta. Fake love F**K!. Konsep keseimbangan dalam berkeluarga adalah tidak memandang jenis kelamin kamu, tapi memandang kemampuan tiap individu masing-masing dan saling melengkapi. Misalnya dalam keluarga kebetulan istrinya lah yang punya karir bagus dan gaji yang cukup sedangkan si suami lagi apes blm dapet kerja lagi dan uangnya hanya sisa dari tabungan, kalau seperti itu ya gampang saja si suami tinggal melakukan pekerjaan rumah dan istri mencari nafkah untuk sementara atau entah sampai kapan. Jika semua didasari dengan pikiran yang sehat dan saling mendukung pasti semua aspek dalam rumah tangga akan terselesaikan. Intinya simple saling mengisi saling bantu, supaya roda kehidupan berumah tangga berjalan dengan baik. Tapi konsep keseimbangan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang menutup telinga akan sindirian dari tetangga atau keluarga sendiri. Konsep keseimbagan adalah untuk yang percaya bahwa pernikahan adalah menyatukan 2 individu bukan 2 keluarga. Udah gausah bahas gender lagi, kalau kamu mau berusaha dan mau berjuang secara nyata maka rispek lah saya terhadap anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun