Mohon tunggu...
Alfons Ratukani
Alfons Ratukani Mohon Tunggu... Petani - Pekerja Sosial

saya adalah anak Desa yang selalu ingin melihat senyuman ketulusan dan penuh harapan dari anak-anak Desa dan masyarakat Desa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Refleksi di Tengah Pandemi Covid-19

19 Mei 2020   14:58 Diperbarui: 19 Mei 2020   14:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Hujan Refleksi "

Hujan di pagi ini seolah kita baru memasuki masa-masa penghujan di awal musim, bahkan seperti suasana di bulan Desember menjelang Hari Raya Natal bagi Orang Kristen.

Bagiku hujan di pagi ini adalah hujan merefleksi diri ditengah-tengah kondisi SEMESTA yang tidak sedang baik-baik saja, yang sedang di porakporanda oleh ganasnya musuh tak terlihat, mengahancurkan tatanan dan nilai-nilai sosial budaya, ekonomi, kesehatan bahkan religi yang sudah terbangun dengan rapih selama ini.

Kita sedang berada dimasa yang bukan saja sulit tetapi dimasa dimana mengandung ketidakpastian.

Kepada siapa kita harus bertanya? Kepada siapa kita dapatkan kepastian dan jawaban? Kepada siapa kita harus minta pertanggung jawaban? Kepada siapa kita lampiaskan keluh kesah kita? Kepada siapa, siapa dan siapa lagi???

Begitu banyak pertanyaan yang terbersit dibenak kita terkait kondisi SEMESTA saat ini.

Mungkinkah akan berakhir dalam waktu dekat? ataukah kita akan bersahabat dan hidup berdampingan selamanya dengan musuh tak terlihat ini???

Semua masih tanda tanya besar. Menunggu SEMESTA menjawab sendiri, menunggu Pemilik SEMESTA menunjukan titik terang ditengah ketidakpastian dunia saat ini.

Moment hujan dipagi ini, setidaknya menandakan alam merestui setiap kita untuk Stay at Home yang seringkali dan tak putus dan habisnya Para Tenaga Medis, Relawan dan Pemerintah menghimbau kita untuk berdiam diri dirumah saja karena Semesta tak mengijinkan kita untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya.

Mungkinkah Ini Air Mata yang jatuh dari langit? Karena melihat kondisi Mahkluk istimewa yang diciptakan Oleh Sang Khalik seringkali melukai hati-Nya dan Hati sesamanya?

Hanya Semesta yang tahu. Air mata yang jatuh dari langit pagi ini sekiranya menyadarkan kita bahwa mari berhenti sejenak, berdiam dirilah sejenak, refleksilah sejenak.

Tapi apakah itu berlaku untuk mereka Para Pejuang Kemanusian? Para Tenaga Medis, gugus tugas covid bahkan Relawan Kemanusiaan tidak pernah berhenti dan berdiam diri, mereka tak mengenal waktu rehat, mereka tak mengenal yang namanya rebahan, mereka tak mengenal yang namanya santai dan ngopi dulu sejenak. Karena Kemanusiaan adalah Sumpah Janji mereka. Mereka mempertaruhkan nyawa, waktu bahkan keluarga mereka hanya untuk Raga yang Lain.

Lalu pertanyaannya apakah yang harus kita balas dan berikan kepada mereka atas dedikasi yang tinggi itu???

Bukan harta benda, bukan pula emas atau perak. Kita bisa membalas kebaikan hati mereka dengan Kita menjaga diri kita, mengikuti setiap anjuran pemerintah, tidak bepergian kemana dan dirumah saja, selalu gunakan masker, budayakan pola hidup sehat itu dan itu terus yang mereka selalu sampaikan. Apakah kita sudan lakukan? Saya rasa belum. Jika kita mampu menyadarkan diri kita untuk selalu mengikuti apa yang para tenaga medis dan pemerintah sampaikan maka kita sedang menolong mereka dan menyelamatkan mereka untuk keluar dari lingkaran musuh tak terlihat itu.

Semoga kita menjadi manusia yang juga mampu memikirkan manusia manusia yang lainnya.

Saya percaya bahwa Mentari pagi tak pernah terlambat bersinar dan selalu terbit di ufuk timur juga selalu terbenam diufuk barat dikala senja menjemput. Begitu juga keyakinan saya Badai pasti akan berlalu. Seperti itu pula Janji Tuhan akan umatnya bahwa Janji dan Peyertaan-Nya YA dan Amin

Salam sehat
Mari bersatu lawan Covid-19

Alfons Ratukani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun