Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejenak Menundukan Kepala Merenung Merdeka: 70 Tahun RI 1945-08-17-08-2015

21 Agustus 2015   15:28 Diperbarui: 21 Agustus 2015   15:28 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru sejarah SD itu seorang yang hebat. Ia mengajarkan bahwa merdeka itu ada dua, yaitu merdeka dari... dan merdeka untuk... Rasanya, sangat sederhana guru itu mengajarkan arti merdeka ini. Dan hebatnya, waktu itu banyak anak tidak tanya-tanya lagi. Langsung terima dan kalau ada ulangan atau ujian ditanya dalam soal, jawabannya seperti diajarkan guru tadi. Guru, sangat beruntung sekali waktu itu, sebab murid-muridnya belum berani atau belum mampu menalar dengan lebih dalam.

Merdeka dari...

Dimakudkan guru itu ialah merdeka dari...ialah bebas dari para penjajahan. Waktu itu yang dicatat dalam buku sejarah penjajahan dilakukan oleh Belanda dan Jepang. Inggris juga, namun hanya singgah sebentar saja lalu malahan berbelok ke negara tetangga kita yang kemudian membentuk negara-negara persemakmuran Inggris: Singapura dan Malaysia sekarang ini. Tidak pernah diajarkan bahwa penjajahan itu ‘orang kita sendiri.’ Orang kita hanya diajarkan guru, bahwa sebagai pengusir para penjajah dengan strategi yang bagus dan dengan peralatan perang yang sederhana yaitu bambu runcing.

Jika dipikir-pikir, sangat hebat sekali bangsa kita ini. Mampu melawan para penjajah dengan bambu runcing. Apakah sesederhana inikah bangsa kita ini melawan para penjajah dengan senjata yang sudah modern saat itu? Disatu sisi, bangsa ini begitu hebat dalam mengatur strategi. Dan strategi inilah yang mampu membuat penjajah hekang dan terpuruk. Bom dan senjata api yang dimiliki penjajah ternyata hanya mampu melumpuhkan rumah dan warga tetapi tidak melumpuhkan semangat juang bangsa dan negara. Apalagi melumpuhkan semangat tokoh-tokoh pejuang bangsa kita saat itu, seperti Soekarno dan Moh. Hatta, masih banyak tokoh lain-lainnya. Disisi lain, jalan diplomasi yang ditempuh tokoh-tokoh besar bangsa kita saat itu, dipandang sebagai jalan yang hebat. Jalan inilah yang patut dihormati, dihargai dan dijunjung tinggi. Diplomasi dalam berpolitik ini menuaikan kemenangan yang gemilang hingga Soekarno dan Moh. Hatta berani untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Merdeka untuk...

Yang mendasar pada ‘merdeka untuk...’ adalah bangsa ini mau mengatur dirinya sendiri, tanpa campurtangan pihak lain yaitu pihak di luar bangsa sendiri. Itu berarti benar juga kata bung Karno waktu itu: BerDiKaRi: Berdiri Diatas Kaki sendiRi. Dengan slogan ini, kosekuensi logisnya ialah mempertahankan negara tidak lagi hanya prajurit perang tapi prajurit perang adalah rakyat. Rakyat adalah pelaku negara ini yang juga mempunyai kewajiban menjaga, mempertahankan, dan membela negara RI dari para penjajah di muka bumi ini. Pemaham sejarah bangsa dan negara semacam ini, akan bernilai seratus diberikan oleh para guru, kusuma bangsa yang mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa, walau gelar ini jarang didengungkan saat ini.

Refleksi kebelet nakal...

Kalau mau, segala ajaran sejarah perlu direview kembali, dengan syarat, setiap kata yang tertulis dan terucap harus dikritisi dalam kerangka menelusuri kebenaran sejarah dan kebenaran cara mengajar sejarah yang benar.

Mengapa? Tanpa dikritisi terhadap ajaran sejarah bangsa dan negara ini, akan tercatat dalam relung hati anak bangsa dan negara ini, bahwa sebuah sejarah bangsa dan negara ini akan memendamkan rasa sakit hati, ketika anak bangsa dan negara ini terhempas dengan segala realitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam negeri ‘Merah-Putih’ ini.

Pertama, merdeka dari...hampir seluruh anak bangsa dan negara dewasa ini, kalau ditanya apakah kita sudah merdeka dari para penjajah? Saya cukup berani dan yakin, bahwa jawaban yang didapat adalah ‘belum merdeka dari...’ Bahkan mungkin saja dijawab, merdeka dari...hanya sebuah slogan isapan jembol kita sendiri. Tetapi kenyataannya, dimana-mana merdeka dari...tidak pernah ada, hanya utopiah melulu. Mana merdeka dari para penjajah? Para penjajah luar negeri, benar sudah diusir dari bumi Pancasila. Namun benarkah tidak ada penjajah lagi? Para penjajah kini hadir dalam berbagai bentuk.

Salah satu bentuk yang sekarang menjadi musuh bersama ialah narkoba. Ada berapa banyak norkoba yang diimpor dari luar negeri dan masuk ke dalam bangsa dan negara yang plural agama ini? Penjajah berubah fisik, dari orangnya langsung menjajah, kini dalam bentuk barang jahat yang lebih merusak bangsa dan negara ini secara sistemik, halus, namun dahsyat dan sangat berbahaya. Lebih baik orangnya langsung datang menjajah daripada melalui media dan cara yang rahasia, yang susah didapat walaupun terkuras begitu banyak strategi yang sudah dibuat oleh berbagai pihak untuk menggagalkan, toh tetap gagal. Strategi pengusiran penjajah dulu dibilang sangat hebat, tetapi kini sangat lemah dan kalah, bila berhadapan dengan pengimpor narkoba. Mengatur diri sendiri karena sudah merdeka, tetapi justru dapat diatur oleh orang lain dari luar yang memiliki banyak modal. Tentu tidak hanya narkoba. Masih banyak yang lain, seperti pengelolahan hasil tambang gas dan minyak, dan barang-barang tambang yang lain yang dikelola oleh negara-negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun