Â
Kisah perjalanan lebaran tahun ini
 Pertama, tanggal 2 Mei, saya bangun subuh sekali. Saya siapkan diri untuk melakukan perjalanan secara pribadi. Perjalanan saya kali ini, mau menjumpai orang-orang yang saya kenal belasan tahun lalu. Orang yang akan saya jumpai itu pun telah melakukan perjalanan jauh dari Jambi, 29 April, dengan kendaraan pribadi, menuju Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Berkesempatan untuk menjumpai mereka, pada 2 Mei, adalah perjumpaan yang mencerahkan. Karena selama ini hanya berkomunikasi via DM dan WA. Dan komunikasi, selalu kurang mencerahkan. Moment perjumpaan kali ini berbeda sekali. Bisa mensharing banyak hal yang selama ini menjadi kendala dan berkesempatan untuk memulihkan komunikasi sehingga jalan ke depan semakin baik.
Situasi keramaian warga masyarakat untuk mengikuti Sholat Hari Raya Idul Fitri 2 Mei 2022, tidak hanya terjadi di Taman Merdeka Kota Pangkalpinang. Juga kepadatan dan keramaian pun terjadi di beberapa titik mesjid di pinggir jalan Protokol Kota Pangkalpinang-Sungailiat. Misalnya keramaian dan kepadatan warga yang mengikuti Sholat hingga meluap ke jalan raya terjadi di Mesjid di perempatan Metro, mesjid di perempat Gabek, Mesjid di Selindung, Mesjid di Pagarawan, Mesjid di Baturusa, Mesjid di Merawang, Air Kenangan, dan mesjid Parit Padang. Luar biasa banyak warga yang berdatangan mengikuti Sholat tanggal 2 Mei 2022. Mesjid-mesjid tak bisa menampung warga masyarakat yang datang merayakan Idul Fitri dengan Sholat bersama.
Kedua, pulang dari Sungailiat, setelah berjumpa dengan rombongan dari Jambi, rasanya capek sekali. Karena perjalanan itu seharusnya hanya menempuh 45-60 menit, namun karena di jalan ramai, jadi bisa sejam lebih baru sampai rumah.
Anggota keluarga sudah pulang mengunjung keluarga-keluarga yang merayakan Hari Raya Lebaran. Maka keluarga sepakat untuk merayakan jumpa bersama merayakan ulang tahun mertua sekaligus merayakan lebaran bersama. Apalagi ada anggota keluarga yang mudik dari Semarang, liburan lebaran.
Moment ini merupakan saat yang tepat untuk berjumpa. Plus karena covid-19 selama dua tahun ini telah mengharuskan keluarga untuk enggan berjumpa, enggan mudik.
Idul Fitri: Membangun Persaudaraan Sejati
 Idul Fitri, sering kali dikatakan sebagai moment pengamalan dari makna silaturahmi. Karena silaturahmi dimaknai sebagai hubungan kekerabatan, maka Hari Raya Idul Fitri, kesempatan dimana hubungan kekerabatan dibangun kembali, diamalkan kembali agar persaudaraan sebagai kerabat, tetap akrab dan karib dalam hidup bermasyarakat. Disinilah, makna silaturahmi yang menjadi topik inti merayakan Lebaran, setiap tahun.
Membangun persaudaraan, tidak ekslusif. Namun sebagai makhluk yang mengada dan berziarah dalam dunia, membangun persaudaraan merupakan suatu cara hidup inklusif. Karena makhluk yang mengada dan berziarah yaitu manusia merupakan makhota Allah, Sang Pencipta yang memiliki kemampuan lebih dari makhluk hidup yang lain.