Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Egoisme Diri dan Kesombongan Pemimpin Negara, Dampak dari Perang Rusia vs Ukraina

29 Maret 2022   14:47 Diperbarui: 29 Maret 2022   14:52 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi photo Rusia versus Ukraina (dok. isubogor.pikiran-rakyat.com)

Tak terbayangkan, jika orang-orang di dunia ini yang miskin, kekurangan gizi, hidup sengsara, dan lain-lain kalau dibiayai dengan pengeluaran perang Rusia versus Ukraina, saat ini. Berapa banyak anak-anak yang miskin, terlantar, tidak mampu hidup, sakit, dan lain yang bisa hidup dari biaya perang ini?

Adalah sebuah pemborosan jika senjata-senjata yang mahal yang dibeli dari uang negara, hanya untuk merusak alam dan mematikan orang-orang yang tak bersalah. Kemudian meninggalkan situasi alam dan negara dalam kondisi rusak total. Semakin pertambahan pemanasan global dewasa ini. Dengungan memperbaiki "pemanasan global" di dunia internasional, seakan tak dihiraukan.

Atas nama kebijakan politik dan bermental arogan, yang merugikan banyak pihak, nyata dalam cara menghamburkan uang negara. Melakukan perang, menggadaikan negara sendiri, membangun kesombongan untuk generasi berikutnya, dan yang paling fatal dari itu semua ialah melihat lawan sebagai musuh yang harus dibasmi, dunia seakan menjadi milik mereka sendiri, akan menjadi pembluderan historis, yang tidak menghiraukan kemanusiaan. Homo homini lupus, kata Thomas Hobbes (1588-1679), terulang kembali.

Apa sikap Indonesia?

 

Hingga pada saat ini, Indonesia belum menunjukkan sikapnya secara jelas mau condong kepada Putin atau Zalensky? Hemat saya dengan melihat situasi perang Rusia versus Ukraina, Indonesia perlu mengambil sikap politik luar negeri bebas aktif. Politik luar negeri bebas aktif dalam konteks perang Rusia-Ukraina ialah pro kemanusiaan dengan mengambil langkah proaktif menjadi penengah perdamaian.

Cara jangka pendek yang boleh dijalankan ialah mengundang Rusia dan Ukraina untuk hadir dalam pertemuan G-20 di Bali. Cara menengah adalah pendekatan secara bilateral-multi pihak antar negara untuk membangun dialog dengan mengutamakan misi kemanusiaan, walaupun kedua negara ini paham akan teori-teori kemanusiaan. Cara jangka panjang ialah Indonesia harus berani berdialog dengan negara-negara lain, negara-negara sekelas Indonesia untuk membangun relasi kemanusiaan dengan bersikap netral mengutamakan relationship kemanusiaan antar negara.

Bahkan bila diperlukan Indonesia mempromosikan kemanusiaan dengan mengambil langkah memboikot eksport bahan-bahan mentah produksi pertanian, perikanan, perkebunan, tambahan, dll lalu membangun poros perekonimian baru tanpa melibatkan negara-negara yang membangun persenjataan perang yang berbahaya secara global untuk masyarakat global dan alam semesta ini.

Bijaksana begitu mahal. Pemimpin pro rakyat untuk membangun kesejahteraan ekonomi dan keamanan, tidak harus dengan senjata yang hebat. Senjata utama ada pada rakyat. ***

Pangkalpinang, 29 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun